Oleh: Rofa Yulia Azhar
Tanggal terbit: 6 Mei 2014
Puncak Kelima
Aku mulai muak dengan semua ini. Sebuah mitos yang telah menjadi kepercayaan dikalangan para tetua di daerah kami. Kepercayaan akan pencarian puncak ke-5 yang terus disenandungkan. Lima orang pemuda yang mewakili ke-5 simbol pencarian dari puncak ke-5 dipilih dan digembleng untuk mengikuti pelatihan fisik dan mental yang begitu berat. Latihan yang dipersiapkan juga untuk sebuah pengorbanan, walau pada awalnya aku tidak tahu itu. Cerita ini berawal dari mitos puncak ke-5, dimana terdapat jantung Simalakama. Jantung yang dapat menyembuhkan daerah kami dari suatu penyakit aneh yang membunuh satu dari dua anak yang lahir. Mitos yang telah berkamuflase menjadi keyakinan yang akhirnya membentuk kutukan secara personal dan memberi beban untuk dimurnikan.
Tapi kami sekarang telah berada di puncak yang ke-3. Menatap dengan penuh kebencian hadirnya puncak yang ke-4. Tentu saja dengan pengorbanan yang tidak rendahan semua ini kami raih. Sebelumnya, Isak, Adel dan Ruisa harus meregang nyawa demi pencarian puncak ke-5.
Isak tewas terkena penyakit yang mengerikan, yang memutuskan satu per satu anggota tubuhnya. Masih bergema di telingaku suaranya yang lembut. Di puncak ke-1 dia berkata, "Pergilah kalian ke puncak ke-5 dan tinggalkanlah aku sebelum kalian tertular penyakit laknat ini. Nyawa yang hilang dari jasadku tidaklah sebanding dengan banyaknya nyawa yang akan kita selamatkan. Demi tanah air kita, teruslah maju dan dapatkanlah jantung Simalakama"
Di puncak ke-2 kehilangan terus berlanjut. Berawal dari pengejaran suku kanibal yang diikuti lunjuran anak panah dan tombak. Adel, lelaki paling kuat diantara kami. Memberanikan dirinya untuk melindungi kami. Dia berlari paling belakang diantara barisan untuk menjaga kami dari tikaman suku kanibal. Sejurus kemudian, semuanya sudah tak mengandung harapan lagi. Adel menghembuskan nafas ditemani ke-5 tombak yang memeluk tubuhnya. Ya.... Lima tombak. mewakili angka dari puncak ke-5 yang merupakan tujuan dari penciptaan terhadap kami.
Lalu Ruisa, Lelaki terpintar di daerah kami (salah, bukan hanya lelaki tapi manusia yang paling pintar) harus menguburkan dirinya di gua yang terdapat pada puncak ke-3. Saat itu dia harus meledakan bongkahan batu yang menutup jalan kami. Andai aku tahu bagaimana caranya untuk mengatur detonantor agar menyala dan meledakan bom. Maka, pasti akulah yang tewas. Tapi takdir berkata lain. Ruisa mengikhlaskan dirinya menjadi konduktor kabel detonator sedetik sebelum bom meledak. Tubuhnya hancur, menjadi abu dan terbang terhirup dua orang pemuda yang tersisa.
Sekarang puncak ke-4 berada tepat diujung kedua lubang hidung kami. Dengan persedian yang terbatas. Aku dan Boni terus berjalan. Tiba-tiba semuanya berubah menjadi amat dingin. Pemandangan di sekeliling kami telah tertutup oleh es. Lebih sialnya lagi mantel hangat yang tersedia hanya tinggal satu. Kami saling bertatapan, lalu menangis dan saling berpelukan. Boni menyerahkan mantel yang semenjak tadi dikandung dalam tasnya kepadaku. Tanpa pikir panjang akupun langsung menolaknya. Tetapi Boni langsung membentakku dengan kerasnya "Pakai saja mantel ini dan tinggalkanlah aku sendirian. Persedian makanan kita sudah tidak cukup lagi jika aku yang harus melanjutkan perjalanan ini. Lihat tubuhku!! Gemuk seperti ini. Tapi jika kamu.... Pasti selalu ada harapan. Pergilah dan dapatkanlah jantung Simalakama." Dia lalu mengambil pisau dan menusukan pisau ke jantungnya di puncak ke-4.
Kini aku berjalan menyelusuri oasis fatamorgana dari sedikit ilusi yang tersisa akan mitos jantung Simalakama. Lalu aku tuliskan kata-kata terakhir di buku harianku. " Barang siapa yang menemukan buku harian ini dan membacanya, maka kembalilah. Percayalah, Harapan akan ada jika kamu kembali". Lalu aku jatuhkan buku harian ku dan kulanjutkan perjalananku. Mencari jantung Simalakama di puncak ke-5.
Gambar Ilustrasi
0 komentar :
Posting Komentar
Ikutlah Berpartisipasi di www.RofaYuliaAzhar.com. Cukup dengan Memberikan Tanggapan atas Artikel Kami. Agar Kami dapat Meningkatkan Kualitas Artikel yang Kami Buat