Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Jumat, 13 Juni 2014

Ada Apa dengan Perspektif?

Oleh: Rofa Yulia Azhar
Tanggal terbit: 13 Juni 2014


Hari ini Saya dan seorang rekan berdebat mempermasalahkan gambar di bawah ini:




Gambar di atas menceritakan tentang anak tukang becak yang meraih IP tertinggi di Universitas Negeri Semarang (IPK 3,96) yang diantar oleh bapaknya menggunakan becak ke tempat wisuda. Rekan kerja saya terkagum-kagum dengan gambar yang baru saja dia lihat. "Hebat, ini anak dianter sama Bapaknya ke wisudaan"



Mendengar celotehan itu Saya lalu menengok ke samping, melihat gambar yang dikomentari oleh rekan saya. sebenarnya beritanya sudah dari dua hari lalu saya baca. "Kalau Saya malah kasihan sama bapaknya, masa anaknya duduk-duduk manis sambil tersenyum sedangkan bapaknya capek mengayuh sepeda. Nggak sopan itu!"



"Haha... Bukan begitu. Kamu pemikirannya suka beda dengan orang lain. Tapi bukan begitu juga. Lihat aja Bapaknya tersenyum sambil mengayuh"



Ya pemikiran saya memang suka berbeda dari kebanyakan orang. Itu ciri khas namanya. Lalu kami mulai debat usil membicarakan gambar yang baru saja kami lihat. Melihat kejadian itu rekan kerja yang lain ikut nimbrung dan menceritakan tentang kisah Bapak, Anak dan Keledai. Sebuah kisah singkat yang sangat menarik sekali. Begini ceritanya:



Suatu ketika seorang bapak membawa anaknya dan seekor keledai ke ladang. Dalam perjalanan Sang Bapak berpikir jika buat apa membawa keledai jika tidak digunakan? Akhirnya dia dan anaknya menaiki keledai itu. Baru beberapa langkah, ada seseorang yang menegur mereka. "Pak, apakah engkau tidak kasihan membuat keledai yang kecil itu harus menahan beban kalian berdua?"



Mendengar ucapan itu Sang Bapak berpikir bahwa ada benarnya apa yang dikatakan oleh orang tersebut. akhirnya dia memutuskan turun dari punggung keledai dan membiarkan anaknya yang menaiki keledai. Baru beberapa langkah berjalan, ada seseorang lagi yang menegur Si Anak. "Dek, kok nggak sopan gitu sama Bapaknya? Adek enak-enakan naik di punggung keledai. Bapaknya malah disuruh jalan"



Mendengar ucapan itu, Si Anak lalu turun dari punggung keledai dan menyarankan agar bapaknya saja yang menaiki keledai. Lalu bapaknya menaiki keledai itu dan melanjutkan perjalanan. Selang beberapa saat, ada seseorang yang menegur mereka di jalan. "Pak, kok tega sih ngebiarin anaknya yang kecil buat jalan? Sedangkan bapak yang kuat dan dewasa enak-enakan di atas punggung keledai"



Mendengar ucapan itu dan karena berbagai komentar yang didapatkan dalam perjalanan akhirnya Sang Bapak dan Si Anak memutuskan untuk jalan berdua dan tidak ada yang naik ke atas punggung keledai. Baru sesaat mereka berjalan ada lagi orang yang menegur mereka. "Aduh ini Bapak dan Anak kok tidak pintar. Padahal kan ada keledai, kenapa enggak dinaiki?"



Dari cerita yang disampaikan rekan kerja saya di atas, Saya mendapatkan sebuah kesimpulan: bahwa tidak ada yang salah dengan perspektif seseorang, yang jadi masalah itu kadang sikap kita terhadap perspektif orang lain. Kenapa? Karena kadang orang-orang di luar sana terlalu serius memperhatikan kehidupan orang lain sehingga lupa untuk serius terhadap hidupnya sendiri.

0 komentar :

Posting Komentar

Ikutlah Berpartisipasi di www.RofaYuliaAzhar.com. Cukup dengan Memberikan Tanggapan atas Artikel Kami. Agar Kami dapat Meningkatkan Kualitas Artikel yang Kami Buat