Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Rabu, 20 Juni 2012

Kesalahan Penggunaan Garam dalam Memasak

Oleh: Rofa Yulia Azhar
Tanggal terbit: 20 Juni 2012

Catatan: Tulisan ini merupakan gubahan dari karya tulis ilmiah yang pernah penulis buat untuk suatu lomba karya tulis ilmiah [untuk kepentingan publikasi format penulisan telah dirubah]

1.    Pendahuluan
Seperti zat besi, kalsium, posfor, zink dan mineral lainnya, yodium merupakan zat yang dibutuhkan tubuh  dalam jumlah yang sangat sedikit dan terus-menerus. Fungsi biologis yodium di dalam tubuh adalah sebagai bahan bakar penghasil hormon tiroksin yag dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kekurangan yodium dalam jangka waktu lama yang artinya juga kekurangan hormon tiroksin dapat menyebabkan pembesaran kelenjar gondok karena kelenjar ini harus bekerja keras untuk membentuk tiroksin. Kekurangan tiroksin menurunkan kecepatan metabolisme sehingga pertumbuhan lambat dan kecerdasan menurun. Bila ini terjadi pada anak-anak mengakibatkan kretinisme, yaitu kelainan fisik dan mental yang menyebabkan anak tumbuh kerdil dan idiot. Kekurangan iodium yang masih ringan dapat diperbaiki dengan menambahkan garam iodium di dalam makanan[1]. Selain itu, tiroksin juga diketahui memiliki fungsi untuk mengatur kecepatan dari kerja suatu sel[2].
Dengan segala kepentingaannya, UNICEF, dengan dutanya pemeran film 007 Roger Moore, pernah secara khusus datang ke Indonesia untuk mengkampanyekan penggunaan garam beryodium. Sedangkan di tahun 90-an kampanye garam beryodium dilakukan secara besar-besaran oleh pemerintah di media massa elektronik (televisi). Tambahan lainnya, untuk membedakan antara garam beryodium dengan garam yang tidak beryodium pada produk garam dapur seringkali dicantumkan pada label kemasan.
Hasilnya cukup memuaskan, angka penderita gondok dan keterbelakangan mental berkurang secara drastis. Walaupun harus diakui, jika Indonesia sampai saat ini (2011) merupakan salah satu negara dengan konsumsi garam beryodium terpayah di Asia.
Lalu seberapa efektifkah penggunaan garam beryodium? Pertanyaan itulah yang memotivasi penulis untuk membuat Karya Tulis ini. Pertanyaan lainnya yang sering muncul di pikiran penulis seperti: Bagaimana cara menggunakan garam yang baik? Apa yang menyebabkan ketidakefektifan penggunaan garam beryodium? - merupakan pokok bahasan yang akan dikaji-.

2.   Landasan Teori
Perbedaan antara Garam Beryodium dengan Garam Tak Beryodium
Kandungan utama garam beryodium (garam meja) dan garam tak beryodium (garam laut) sama-sama sodium (natrium) dan klorida, perbedaan keduanya terletak pada rasa, tekstur, dan pemrosesan.
Garam laut dihasilkan dari penguapan air laut, tanpa proses pemurnian lebih lanjut dan dan tidak diberi bahan tambahan lain. Hasilnya, garam laut masih mengandung mineral-mineral lain yang terkandung di dalam air laut selain sodium dan klorida. (Ada sekitar 84 elemen mineral yang berguna untuk tubuh dalam air laut tersebut.) Inilah yang menyebabkan garam laut berbeda-beda rasa, tekstur, dan warnanya, tergantung laut asal airnya.
Garam meja adalah garam yang biasa dijual di toko-toko dalam kemasan. Kandungannya melulu sodium klorida sebagai hasil pemurnian terhadap garam laut atau tambang garam bawah tanah. Selain proses pemurnian dengan panas tinggi yang mengubah struktur kimiawi garam (demi menghilangkan mineral-mineral selain sodium dan klorida), dalam garam meja juga telah ditambahkan zat kimiawi untuk mencegah garam menggumpal. Kelebihan garam meja, biasanya garam ini telah ditambahi yodium dalam jumlah yang lebih signifikan ketimbang garam laut (garam laut juga mengandung yodium, tapi sedikit sekali).

Sifat Kimiawi Yodium
Yodium (bahasa Yunani: Iodes - ungu), adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol “I” dan nomor atom 53. Unsur ini diperlukan oleh hampir semua mahkluk hidup. Yodium adalah halogen yang reaktivitasnya paling rendah dan paling bersifat elektropositif. Sebagai catatan, seharusnya astatin lebih rendah reaktivitasnya dan lebih elektropositif dari pada yodium, tapi kelangkaan astatin membuat sulit untuk mengkonfirmasikan hal ini.

Fungsi dan Manfaat Yodium
Dr. Lewis K. Dahl, peneliti dari New York mengingatkan, setiap orang hanya memerlukan sekitar 2 gram atau 1,5 sendok teh garam setiap hari. Fungsi biologis yodium di dalam tubuh adalah sebagai bahan bakar penghasil hormon tiroksin yag dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kekurangan yodium dalam jangka waktu lama yang artinya juga kekurangan hormon tiroksin dapat menyebabkan pembesaran kelenjar gondok karena kelenjar ini harus bekerja keras untuk membentuk tiroksin. Kekurangan tiroksin menurunkan kecepatan metabolisme sehingga pertumbuhan lambat dan kecerdasan menurun. Bila ini terjadi pada anak-anak mengakibatkan kretinisme, yaitu kelainan fisik dan mental yang menyebabkan anak tumbuh kerdil dan idiot. Kekurangan iodium yang masih ringan dapat diperbaiki dengan menambahkan garam iodium di dalam makanan[3]. Selain itu, tiroksin juga diketahui memiliki fungsi untuk mengatur kecepatan dari kerja suatu sel[4]. Tiroksin dapat merangsang metabolisme sampai 30%. Dengan kata lain, iodium diperlukan juga untuk meningkatkan produktivitas kerja.

Tabel 1. Kebutuhan Iodium Menurut Kelompok Umur
Kelompok Umur
Kebutuhan Yodium (µg/hari)
0 - 6 bulan
50
7 - 12 bulan
70
1 - 3 tahun
70
4 - 6 tahun
100
7 - 9 tahun
120
10 - dewasa
150
Wanita Hamil
175
Wanita Menyusui
200
                                                                   Sumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (1998)

Pristiwa kekurangan garam beryodium dapat menyerang berbagai rentang usia. Di bawah ini disajikan tabel spektrum masalah yabng ditimbulkan dari kekurangan yodium yang disebut sebagai Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKI).
Tabel 2. Spektrum Masalah GAKI
Kelompok Rentan
Dampak
Ibu hamil
Keguguran, bayi sungsang.
Janin
Lahir mati, cacat bawaan, meningkatnya kematian perinatal, meningkatnya kematian bayi, kretin neurologi (keterbelakangan mental, tuli, mata juling, lumpuh spatis), kretin myxedematosa, cebol, kelainan fungsi psikomotor.
Neonatus
Gondok neonatus, hipotiroidi neonatus
Anak dan Remaja
Gondok, gangguan pertumbuhan fungsi fisik dan mental, hipotiroidi juvenile.
Dewasa
Gondok dan komplikasinya, hipotiroidi, gangguan fungsi mental.
                                                                                                     Sumber : Departemen Kesehatan (2000)

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terrjadinya GAKI
a.      Faktor Defisiensi Iodium dan Iodium Excess
Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal ini disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya.Iodium Excess terjadi apabila iodium yang dikonsumsi cukup besar secara terus menerus, seperti yang dialami oleh masyarakat di Hokaido (Jepang) yang mengkonsumsi ganggang laut dalam jumlah yang besar. Bila iodium dikonsumsi dalam dosis tinggi akan terjadi hambatan hormogenesis, khususnya iodinisasi tirosin dan proses coupling.

b.      Faktor Geografis dan Non Geografis
GAKI sangat erat hubungannya dengan letak geografis suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia gondok sering dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan pegunungan Kapur SelatanDaerah yang biasanya mendapat suplai makanannya dari daerah lain sebagai penghasil pangan, seperti daerah pegunungan yang notabenenya merupakan daerah yang miskin kadar iodium dalam air dan tanahnya. Dalam jangka waktu yang lama namun pasti daerah tersebut akan mengalami defisiensi iodium atau daerah endemik iodium.

c.      Faktor Bahan Pangan Goiterogenik
Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok, namun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya adalah bahan pangan yang bersifat goiterogenik. Zat goiterogenik dalam bahan makanan yang dimakan setiap hari akan menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat goiterogenik tersebut merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah masuk ke dalam tubuh. Giterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke bentuk organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat. Beberapa jenis Goitrogen yaitu:
Ø  Kelompok Tiosianat atau senyawa mirip tiosianat. Contoh: ubi kayu, jagung, rebung, ubi jalar, buncis besar
Ø  Kelompok tiourea, tionamide, tioglikoside, vioflavanoid dan disulfida alifatik, contoh : berbagai makanan pokok di daerah tropis seperti sorgum, kacang-kacangan, bawang merah dan bawang putih
Ø  Kelompok Sianida. Contoh: daun + umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan terung
Ø  Kelompok Mimosin, contoh: pete cina dan lamtoro
Ø  Kelompok Isothiosianat, contoh: daun pepaya
Ø  Kelompok Asam, contoh: jeruk nipis, belimbing wuluh dan cuka
Ø  Kelompok yang bekerja pada proses proteolisis dan rilis hormon tiroid

d.      Faktor Zat Gizi Lain
Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap pembentukan hormon dari kelenjar tiroid terutama tahap transportasi hormon.

Indonesia Terpayah
Hingga saat ini angka gondok Nasional masih mencapai 9,8%, jauh di atas standar WHO yang mensyaratkan angka gondok di bawah lima persen. Di beberapa provinsi seperti Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Sumatera Barat, angka gondok bahkan mencapai 30%.Saat ini terdapat 1.779 kecamatan di Indonesia yang menderita epidemik gondok dengan derajat yang bervariasi. Karena itu, konsumsi iodium perlu ditingkatkan dalam rangka peningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia dan mencegah terjadinya generasi yang hilang (lost generation).Hal ini sangat penting dilakukan karena berdasarkan data indeks pengembangan sumber daya manusia (Human Development Index = HDI) dari UNDP (tahun 2000) Indonesia berada pada urutan 109 dari 174 negara, yaitu terendah di Asia. HDI untuk Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei dan Singapura, masing-masing berada pada peringkat 77, 67, 56, 25, dan 22. Dari penelitian di Universitas Diponegoro Semarang terungkap bahwa pemberian iodium pada siswa sekolah dapat mengurangi angka drop out. Selain mempengaruhi tingkat kecerdasan, iodium ternyata dapat menaikkan semangat hidup dan kesehatan seseorang, sehingga memperbesar daya juang.

Keefektifan Penggunaan Garam Beryodium
Mungkin ada beberapa orang yang tetap mengalami gangguan akibat kekurangan garam beryodium (GAKI), meskipun telah mengkonsumsi garam beryodium pada makanannya. Hal ini bisa diakibatkan oleh kurangnya konsumsi yodium ataupun kesalahan dalam memasak sehingga kandungan yodium dalam suatu garam menjadi sia-sia. Faktor yang disebutkan terakhir dirasa lebih dominana dalam menyebabkan terjadinya GAKI. Kebanyakan ibu-ibu atau siapa saja yang memasak selalu memasukan garam pada saat proses memasak. Padahal akibat pemanasan yang berlebih inilah, sebagian besar yodium lenyap dalam bentuk gas. Secara kimiawi, fenomena tersebut dijelaskan dari proses reduksi KIO3. Reaksi reduksi ini sebenarnya berlangsung sangat lambat. Namun, laju reaksi bisa dipercepat jutaan kali lipat dengan bantuan senyawa antioksidan, keasaman larutan, dan panas. Seperti kita ketahui bahwa semua bahan makanan organik (hewan ataupun tanaman) selalu memiliki antioksidan, dan proses memasak selalu menggunakan panas serta terkadang ada asamnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan garam beryodium untuk ini menjadi sia-sia[5].

3. Analisis Data dan Pembahasan
Penelitian yang dilakukukan pada awalnya yaitu berupa pertanyaan kepada beberapa mahasiswa tingkat tiga dan masyarakat umum yang tidak diketahui batasan usianya. Dari hasil wawancara tak terstruktur diketahui jika semua orang selalu menambahkan garam pada saat masakan sedang dalam proses memasak. Sebagian besar juga meyakini jika yodium tidak akan hilang pada saat memasak. Beberapa mahasiswa  di bidang kimia bahkan ada yang menghubungkannya dengan sifat koligatif yang menyatakan jika air akan mendidih sedangkan zat terlarut tidak akan ikut mendidih.
Selanjutnya penulis melakukan penelitian secara kualitatif dengan melakukan proses uji terhadap pengaruh panas terhadap hilangnya yodium. Garam beryodium dimasukan ke dalam pelarut air. Diambil sedikit larutan garam lalu ditambahkan larutan heksana dan terlihat perubahan warna menjadi ungu. Setelah itu larutan garam dipanaskan sampai mendidih untuk beberapa menit (sekitar 12 menit). Setelah itu, sedikit larutan garam yang sudah dipanaskan ditambahkan larutan heksana dan tidak terjadi perubahan warna. Walaupun secara kuantitatif tidak bisa diketahui kadar dari yodium yang hilang, tetapi secara kualitatif kita bisa mengetahui bahwa terjadi proses pelenyapan yodium.
Garam-garam meja biasanya mengandung 30 ppm KIO3. Kandungan ini sangat kecil sekali, sekitar 1 miligram garam dalam 1 Kilogram garam. Berikut ini dipaparkan cara sederhana untuk menghitung berapa banyak KIO3 yang dikonsumsi seseorang. Andaikan seorang ibu rumah tangga dalam sehari memasak satu panci sup (kapasitas dua liter) dengan menggunakan dua sendok garam beryodium (misalnya dengan berat 20 gram), dan tiap-tiap anggota keluarga pada hari tersebut melahap dua mangkok (anggap volume total kuah 100ml). Maka, berat total garam KIO3 yang dikonsumsi tiap-tiap anggota keluarga itu dalam sehari (dengan asumsi tidak makan garam melalui makanan lainnya) adalah 3 mikrogram (dari 30 ppm x 20 gram x 100 ml/200 ml). Jumlah garam yang sangat kecil, namun sangat diperlukan.
Secara kimiawi, fenomena tersebut dijelaskan dari proses reduksi KIO3. Reaksi reduksi ini sebenarnya berlangsung sangat lambat. Namun, laju reaksi bisa dipercepat jutaan kali lipat dengan bantuan senyawa antioksidan, keasaman larutan, dan panas. Seperti kita ketahui bahwa semua bahan makanan organik (hewan ataupun tanaman) selalu memiliki antioksidan, dan proses memasak selalu menggunakan panas serta terkadang ada asamnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan garam beryodium untuk ini menjadi sia-sia[6].
Dibawah ini diperlihatkan pengaruh keasaman dengan suhu terhadap kadar yodium yang disajikan secara kuantitatif hasil peneilitian dari Ir. Laksmi Palupi MSc. [7].

Grafik 1. Pengaruh suhu dan keasaman terhadap kadar yodium dalam masakan

Untuk pengaruh antioksidan terhadap garam dapat diketahui dengan cara menumbuk tanaman yang memiliki antioksidan yang direbus dan ditambahi cuka lalu diuji dengan menggunakan larutan kanji. Warna biru menunjukan jika yodium tidak terdapat dalam sampel.
Sebenarnya, sumber yodium yang baik bukanlah terdapat pada garam yang telah diperkaya dengan yodium, melainkan melalui makanan laut yang secara alami mengandung yodium. Proses pemasakan yodium terhadap makanan laut tidak akan menghilangkan kandungan yodiumnya karena yodium terperangkap dalam serat daging (pada ikan laut). Makanya tidak mengherankan jika negara Jepang sebagai negara yang paling banyak mengkonsumsi ikan memiliki jumlah penderita GAKI terkecil di dunia.
Sayangnya, kebanyakan orang-orang pedalaman Indonesia tidak begitu menggemari makanan laut. Mungkin akibat kebiasaan menu ikan tidak ada, daya beli rendah, atau alergi. Namun, masalah ini masih bisa diatasi dengan mengganti ikan laut dengan rumput laut.

Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan. 1996. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium dan Garam Beriodium. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat: Jakarta.
Dr. Anie Kurniawan, MSc.. Artikel tips untuk memilih garam yang beryodium
Ir. Laksmi Palupi. 2008. Garam Beryodium.
Musa Ozet, Osman Arpaci, Biyoloji 2 (Biology 2), Surat Publishing, February 98, h.  126
Sudjana, Nana. 2002. Proposal Penelitian di Perguruan Tinggi. Sinar Baru Algesindo: Bandung.
Suriasumanri. 1986. Pedoman Penulisan Ilmiah. Fakultas Pascasarjana IKIP: Jakarta.
Standar Nasional Garam Beryodium: SNI 01-3556-2000/Rev.9
Yahya, Harun. 2007. Keajaiban Hormon. www.harunyahya.com
Zeily Nurachman dan Sarwono Hadi. 2003. Artikel Seberapa Efektifkah Garam.

Catatan Kaki

[1] Departemen Kesehatan . 1996. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium dan Garam Beriodium. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat: Jakarta.
[2] Musa Ozet, Osman Arpaci, Biyoloji 2 (Biology 2), Surat Publishing, February 98, h.  126
[3] Departemen Kesehatan . 1996. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium dan Garam Beriodium. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat: Jakarta.
[4] Musa Ozet, Osman Arpaci, Biyoloji 2 (Biology 2), Surat Publishing, February 98, h.  126
[5] Zeily Nurachman dan Sarwono Hadi. 2003. Artikel Seberapa Efektifkah Garam.
[6] Zeily Nurachman dan Sarwono Hadi. 2003. Artikel Seberapa Efektifkah Garam.
[7] Ir. Laksmi Palupi. 2008. Garam Beryodium

0 komentar :

Posting Komentar

Ikutlah Berpartisipasi di www.RofaYuliaAzhar.com. Cukup dengan Memberikan Tanggapan atas Artikel Kami. Agar Kami dapat Meningkatkan Kualitas Artikel yang Kami Buat