Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tentang Hidup

Tak masalah ada di pihak mana anda berdiri (pekerja keras, orang yang beruntung, orang sial, miskin, bodoh, pintar atau apalah), yang terpenting yang harus kita miliki adalah kemampuan untuk mengambil hikmah dari setiap momen yang terjadi dalam hidup kita (Rofa: 2010)

Mayoritas Manusia

Kebanyakan orang ingin pergi ke tempat tertinggi dalam kehidupan ini. Tanpa mereka sadari bahwa tempat tertinggi itu menjadi tempat terendah ketika mereka menginjaknya (Rofa: 2011)

Antara Tuhan dan Kita

Salah satu bentuk rasa syukur kita yang tertinggi pada tuhan tentang akal adalah membiarkan otak kita berman-main dengan bermacam-macam ide dan berusaha menuliskannya sebagai suatu kesimpulan yang dapat digunakan oleh orang lain sebagai suatu referensi, bukan sebagai kitab suci (Rofa: 2010)

Stereotipe Negatif

Apalah artinya kekurangan dan kelemahan, jika ada hati yang menerima kita apa adanya (Rofa: 2009)

Lalu

Pada akhirnya kita semua akan menjadi pahlawan dari kisah hidup kita sendiri (Rofa: 2013)

Selasa, 24 November 2015

[Gambar] Orang-Orang Tidak Peduli Lagi akan Banyaknya Ilmu yang Kita Miliki

Tanggal terbit: 24 November 2015

Masih heran sama orang yang masih repot karena gelar. Sampai nempel-nempel di akun media sosial. Padahal kalau diperhatikan, yang sudah gelarnya profesor malah tidak mencantumkan gelarnya di media sosial.

Sekarang sudah enggak zamannya lagi orang dihormati karena banyaknya ilmu atau karena pendidikan tinggi. Sekarang orang mulai sadar, bahwa yang penting apa yang dikerjakan orang itu melalui ilmunya. Betul kan?

Percuma sarjana tapi jadi beban, percuma jadi haji tapi tidak mampu melakukan perubahan, percuma jadi jomblo kalau tidak punya pacar!


Senin, 23 November 2015

Guru pun Menyontek dan Dapat Bocoran Saat UKG!

Tanggal terbit: 23 November 2015

Saya bukanlah seorang guru formal, juga bukan seorang ahli dalam dunia pendidikan. Saya hanya seseorang yang didik untuk jadi guru, saat universitas. Siapapun saya, tapi saya masih mengingat jelas bagaimana semaraknya UN setiap tahunnya. Banyak kasus, dari kebocoran soal, menyontek, dan tindak kejahatan lainnya. Semuanya diekspos, begitu vulgar. Siswa yang sudah tertekan karena soal-soal UN, semakin tertekan lagi dengan pemberitaan-pemberitaan di media masa. Saya rasa semua masih mengingatnya, begitu mencekam bagi semua stake holder pendidikan saat itu.




Sekarang semua orang dalam dunia sudah mulai move on, menata hidup baru. Tapi semua ini sedikit terusik di bulan November 2015. Sampai pada minggu ini, ada kegiatan rutin yang dinamakan UKG (Uji Kompetensi Guru). Bagi yang belum tahu, UKG sama seperti ujian bagi siswa, hanya berbeda tujuan saja.  Tujuan UKG adalah:
  1. Untuk pemetaan kompetensi guru (kompetensi pedagogik dan profesional)
  2. Untuk melaksanakan program pembinaan dan pengembangan profesi guru dalam bentuk kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan.
  3. Sebagai entry point sertifikasi guru dalam jabatan.
  4. Sebagai alat kontrol pelaksanaan penilaian kinerja guru.
Bagus sekali bukan tujuannya? Tentu saja tidak ada kegiatan yang dibuat tanpa tujuan yang baik. Tapi ada beberapa hal yang mengganjal di dalam pikiran saya:
  1. KKM atau standar minimal guru lulus atau tidak adalah 55. Hebat bukan? Siswa saja di sekolah KKM untuk setiap mata pelajaran bisa mencapai 70-85. Sedangkan guru yang mengajar, yang secara logika harusnya lebih menguasai materi malah diberikan KKM 55. Jadi tolong jangan memaksa siswa dapat KKM tinggi dong!
  2. Ujian tidak serentak. Ini masalah utamanya, ujian berbasis komputer menyebabkan ujian berlangsung tidak serentak. Sehingga mudah ditebak. Banyak sekali bocoran soal UKG yang berseliweran di media sosial. Lalu apalagi yang mau dinilai? Pemahaman konsep guru atau kemahirannya dalam mendapatkan bocoran?
  3. Kalau tidak lulus, mau bagaimana? Siswa kan kalau tidak lulus UN, maka mengulang lagi kalau guru tidak lulus UKG? Sampai saat ini masih tidak jelas apa yang akan dilakukan, apakah ada ramedial? atau ini hanya seremonial belaka?
  4. Tunjukkan transparasi. Jika nilai UN siswa pada saat UN diekspos habis-habisan, mana tunjukkan mana nilai guru saat UKG! Apakah alasannya karena harga diri guru harus dijaga, sehingga nilai tidak diekspos? Lalu kenapa alasan yng sama juga tidak diberlakukan pada siswa?
Saya tahu perlu banyak keberanian untuk menulis ini, sekarang ada sekitar 300.000-an guru di Indonesia, berarti akan ada banyak yang membenci saya karena tulisan ini. Mungkin beberapa mengutuk dan bilang bahwa saya tidak diposisi mereka. Saya hanya tidak ingin membiarkan ini terjadi terus-menerus. Manusia macam apakah saya yang membiarkan kejahatan terjadi di hadapan saya?

Ingin memajukan pendidikan di Indonesia? Bukan seperti ini caranya....
 

Selasa, 10 November 2015

Komponen-Komponen Pendidikan

Tanggal terbit: 10 November 2015



Pendidikan terjadi dikarenakan terpenuhinya  komponen-komponen dalam pendidikan itu sendiri. Ada 6 komponen utama dalam pendidikan yaitu: 1) tujuan pendidikan, 2) isi pendidikan atau kurikulum 3) anak didik, 4) guru, 5) alat pendidikan, dan 6) situasi pendidikan. Penjabaran lebih lengkap mengnai komponen-komponen pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Pendidikan
Perbuatan mendidik merupakan perbuatan yang mempunyai tujuan, ada sesuatu yang ingin dicapai dalam perbuatan tersebut. Tujuan pendidikan merupakan gambaran dari falsafah atau pandangan hidup manusia, baik secara perseorangan maupun kelompok. Tujuan pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental, karena dari tujuan itulah akan menentukan ke arah mana anak didik akan dibawa.

Tujuan pendidikan harus mengandung nilai-nilai sebagai berikut:
1. Autonomi
Tujuan pendidikan harus memberi kesadaran, pengetahuan dan kemampuan secara maksimum kepada individu ataupun kelompok untuk dapat hidup mandiri, dan hidup bersama dalam kehidupan yang lebih baik.
2. Keadilan
Tujuan pendidikan harus memberi kesempatan kepada seluruh warga masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan berbudaya dan kehidupan ekonomi, dengan memberinya pendidikan dasar yang sama.
3. Survival
Pendidikan akan menjamin pewarisan kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Dalam undang-undang No. 20 tahun 2013 tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan tujuan dan fungsi pendidikan adalah sebagai berikut:
“Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."

Jenis-jenis tujuan pendidikan menurut Langeveld:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pendidikan adalah kedewasaan. Berarti semua kativitaas pendidikan harus diarahkan ke arah sana.
2. Tujuan Khusus
Tujuan umum kedewasaan terlalu universal. Kita perlu mendefinisikan ulang tujuan umum menjadi tujuan khusus.
3. Tujuan Insidental
Merupakan tujuan yang menyangkut suatu peristiwa khusus. Contoh: ibu yang melarang anaknya bermain pintu karena dikhawatirkan akan terjepit.
4. Tujuan Sementara
Merupakan tujuan yang terdapat pada langkah-langkah untuk mencapai tujuan umum. Contoh: kita ingin anak memiliki gaaya hidup bersih, maka sedari dini kita biasakan untuk mandi teratur, buang air besar atau kecil di toilet, tidak sembarang membuang sampah, dll.
5. Tujuan Tak Lengkap
Tujuan tak lengkap merupakan tujuan yang berkenaan dengan salah satu aspek pendidikan. Contoh: pendidikan yang meengembangkan aspek intelektual saja, tanpa secara terpadu mengambangkan aspek sikap dan keterampilan.
6. Tujuan Intermedier
Tujuan intermedier atau tujuan perantara merupakan tujuan yang melayani tujuan pendidikan yang lain, merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan yang lain, khususnya tujuan sementara.

2. Isi Pendidikan/Kurikulum
Menurut  UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,  pengertian kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pengajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.

Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.

Subandiyah mengemukakan ada 5 komponen kurikulum, yaitu:
  1. Komponen tujuan
  2. Komponen isi/materi
  3. Komponen media (sarana dan prasarana)
  4. Komponen strategi
  5. Komponen proses belajar mengajar.
3. Anak Didik
Anak didik merupakan seseorang yang sedang berkembang, memiiki potensi tertentu, dan dengan bantuan pendidik ia mengembangkan potensinya tersebut secara optimal. Sedangkan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan jika peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Tirtarahardja mengemukakan empat karakteristik peserta didik, yaitu:
  1. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan mahluk yang unik.
  2. Individu yang sedang berkembang.
  3. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
  4. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
4. Peranan Guru
Guru adalah pendidik di sekolah. Menurut UU Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Peranan guru sebagai pendidik sangatlah besar. Guru membentuk sikap siswa, menjadi contoh teladan bagi siswa-siswanya, bukan hanya sekedar mengajar. Ada tujuh peran seorang guru, yakni sebagai: pendidik, model, pengajar dan pembimbing, pelajar, komunikator terhadap masyarakat setempat, pekerja administrasi, dan setiawan terhadap lembaga.

5. Alat Pendidikan yang Paling Utama
Alat pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu kedewasaan. Alat pendidikan juga berarti langkah-langkah yang diambil demi kelancaran proses pendidikan. Alat pendidikan umumnya didefinisikan sama dengan media. Padahal area cakupan alat pendidikan itu sangat luas sekali.

Alat pendidikan menurut Langeveld ialah: a) perlindungan; b) kesepahaman; c) kesamaan arah dalam pikiran dan perbuatan; d) perasaan bersatu; e) pendidikan karena kepentingan diri sendiri. Sedangkan menurut Sadulloh, alat-alat pendidikan meliputi: a) pembiasaan; b) pengawasan; c) perintah; d) larangan; e) hukuman.

Alat-alat pendidikan amatlah penting peranannya, diantaranya ialah sebagai pembiasaan dan pengawasan, perintah dan larangan, serta ganjaran dan hukuman dalam kegiatan pendidikan agar tujuan dalam proses pendidikan yang sudah ditentukan dapat tercapai dengan maksimal.

6. Situasi Pendidikan
Situasi pendidikan berlangsung dalam situasi pergaulan. Apabila dalam suatu pergaulan, antara orang dewasa dan anak, didasarkan atas suatu tujuan pendidikan, maka situasi pergaulan yang tercipta adalah situasi pendidikan. Situasi pendidikan merupakan situasi istimewa yang sengaja diciptakan untuk mencapai tujuan tertentu dari pendidik. Contoh: seorang ibu menyuruh anaknya untuk mencucui piring setelah makan didasari oleh suatu tujuan agar anaknya mandiri dan bertanggung jawab.

Sifat situasi pendidikan:
  1. Istimewa atau khusus.
  2. Memiliki tujuan untuk mendidik.
  3. Diciptakan dengan sengaja.
  4. Terencana, dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran serta kewaspadaan.
  5. Terdapat komponen-komponen: pendidik, anak didik, alat pendidikan dan kewibawaan.
 Daftar Pustaka

Callahan, J.F., and Clark, L. H. 1983. Foundations of Educations. New York: Mcmillan.

Kneller, G. F. 1971. Foundations of Education. USA: John Wiley & Sons Inc.

Robandi, Babang. 2005. Handout Mata Kuliah Landasan Pendidikan. Tersedia (online): http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEDAGOGIK/196108141986031-BABANG_ROBANDI/LPPOLRI.pdf [diakses pada tanggal 11 November 22015].

Sadulloh, Uyoh, dkk. 2015. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.


Makna dan Pentingnya Kewibawaan dalam Pendidikan

Tanggal terbit: 10 November 2015


Ciri utama seorang pendidk adalah adanya kewibawaan yang terpancar dari dirinya terhadap anak didik. Guru sebagai pendidik harus memiliki kewibawaan, baik dalam pembelajaran di kelas ataupun kegiatan lain di luar kelas. Kewibawaaan mempunyai peran penting dalam usaha menentukan dan merumusakan tujuan hakiki dan arti pendidikan.

Kewibawaan merupakan syarat mutlak dalam pendidikan, artinya jika tidak ada kewibawaan maka pendidikan itu tidak mungkin akan terjadi. Sebab, dengan adanya kewibawaan pendidik akan diikuti secara sukarela oleh anak didik.

Pendidik harus mempertahankan kewibawaan yang dimilikinya sehingga kewibawaan tersebut terus dipelihara dan dibinanya. Lageveld merumuskan tiga sendi kewibawaan, yaitu: kepercayaan, kasih sayang dan kemampuan mendidik.

Kewibawaan yang dimiliki pendidik, pada suatu saat mungkin akan goyah atau melemah. Agar kewibawaan yang dimiliki oleh pendidik tidak goyah, maka hendaknya pendidik itu selalu:
  1. Bersedia memberi alasan yang mudah diterima oleh anak didik dari apa yang kita perintahkan.
  2. Bersikap demi kamu, dengan menasehati, melarang atau menegur, yang semuanya demi anak didik sendiri dan bukan untuk kepentingan pendidik.
  3. Bersikap sabar dan tidak lekas putus asa.
  4. Bersikap memberi kebebasan kepada anak didik agar dapat belajar mengambil keputusan dan belajar bertanggung jawab.
Daftar Pustaka
Sadulloh, Uyoh, dkk. 2015. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.


Senin, 09 November 2015

Makna dan Pentingnya Kasih Sayang dalam Pendidikan

Tanggal terbit: 9 November 2015

Kasih sayang merupakan fitrah manusia, artinya manusia ditakdirkan oleh Allah memiliki kasih sayang kepada sesamanya. Dalam hal pendiidkan, kasih sayang harus mendasari semua upaya dalam mebawa anak menuju tujuannya, yaitu kedewasaan. Guru sebagai pendidik, harus menyadari bahwa kasih sayang merupakan syarat mutlak dalam melakukan interaksi dengan anak didiknya, baik di dalam maupun di luar kelas.

Pendidik yang membiarkan anak didiknya melakukan kesalahan, tanpa menegurnya, tanpa mengarahkannya, atau tanpa melarangnya, berarti pendidik tersebut tidak memiliki kasih sayang terhadap anaknya, dan pendidik tadi tidak mampu melaksanakan pendidikan bagi anak didiknya.

Pendidik tidak boleh berlebihan dalam memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya, tapi harus bisa menempatkan kasih sayang dan mendidik anak pada tempat yang tepat. Kasih sayang yang berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif diantaranya:
  1. Akan tumbuh sikap untuk ingin selalu diperlakukan istimewa. Menimbulkan benih-benih pribadi anak didik menjadi seorang otoriter dan diktator.
  2. Anak yang selalu dimanja dapat mengalami masalah dalam kehidupan rumah tangganya kelak. Seperti ingin selalu dilayani, atau memperlakukan istri seperti pembantu.
  3. Anak akan menjadi sangat rentan terhadap masalah, kehilangan kepercayaan diri, tidak berani mengambil resiko, dan tidak mau melakukan pekrjaan-pekerjaan berat.
  4. Anak menjadi tidak mau mengembangkan diir karena merasa cukup dengan apa yang diterimanya.
  5. Anak akan tumbuuh dewasa menjadi seseorang yang memiliki kepribadian sombong dan suka memaksakan kehendak.

Peran pendidik yang mencerminkan pendidikan sebagai dasar dalam melaksanakan pendidikan:
  1. Guru berperan sebagai pembimbing di dalam maupun di luar sekolah untuk membimbing anak didik ke kehidupan yang lebih baik.
  2. Guru berperan sebagai pembentuk kepribadian yang bertanggung jawab untuk membimbing anak didik menjadi manusia bermoral, berhati nurani, dan memiliki kasih sayang terhadap sesama.
  3. Guru berperan sebagai tempat perlindungan yang bijaksana mendengarkan masalah anak didiknya, memberi nasihat dan membantu mencarikan solusi dari masalah yang dialami peserta didik.
  4. Guru berperan sebagai fitur teladan yang tercermin dari sikap yang ramah, hangat dan selalu tersenyum.
  5. Guru berperan sebagai sumber pengetahuan yang memberikan ilmu kepada anak didiknya dengan hati-hati, benar dan terpercaya.

Daftar Pustaka
Sadulloh, Uyoh, dkk. 2015. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.

Minggu, 08 November 2015

Landasan Pendidikan

Tanggal terbit: 8 November 2015


Pengertian Pedagogik
Pedagogik secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, “paedos”, yang berarti anak laki-laki, dan “agogos”, yang artinya mengantar, membimbing. Dalam arti khusus pedagogik dapat diartikan sebagai ilmu mendidik anak. Pedagogik merupakan suatu teori dan kajian yang secara teliti, kritis, dan objektif mengembangkan konsep-konsepnya mengenai hakikat manusia, hakikat anak, hakikat tujuan pendidikan, serta hakikat proses pendidikan.

Perbedaan Pedagogik dengan Pendidikan
Ada beberapa teori yang berpandangan bahwa pedagogik dan pendidikan itu sama. Tapi kebanyakan ahli sepakat untuk memisahkan definisi pedagogik dan peendidikan. Pedagogik merupakan pendidikan dalam arti khusus, arti yang lebih sempit. Sedangkan Pendidikan memiliki arti yang lebih luas lagi. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat.

Pengertian Landasan Pendidikan
Secara leksikal, landasan berarti  dasar tempat berpijak, alas atau tempat dimulainya suatu perbuatan. Menurut sifat wujudnya, landasan terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
  1. Landasan yang bersifat fisik, yaitu landasan yang mengarah pada bentuk fisik. Contohnya: landasan pesawat terbang.
  2. Landasan yang bersifat konseptual, yaitu landasan yang mengarah pada suatu konsep atau teroi. Contohnya: Pancasila dan  UUD 1945.

Landasan yang bersifat konseptual identik dengan asumsi, yaitu suatu pendapat atau pernyataan yang dianggap benar, yang dapat dipergunakan untuk pemikiran ke arah pemecahan suatu masalah. Asumsi terbagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu:
  1. Aksioma. Aksioma adalah suatu pernyataan yang bisa dilihat kebenarannya tanpa perlu adanya bukti.
  2. Postulat. Postulat adalah asumsi yang menjadi pangkal dalil yang dianggap benar tanpa perlu membuktikannya.
  3. Premis. Premis adalah apa yang dianggap benar sebagai landasan kesimpulan.


Jenis-Jenis Landasan Pendidikan
Ada berbagai jenis landasan pendidikan, berdasarkan sumber perolehannya kita dapat mengidentifikasi jenis landasan pendidikan menjadi:
  1. Landasan religius pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari religi atau agama yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
  2. Landasan filosofis pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
  3. Landasan ilmiah pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari berbagai cabang atau disiplin ilmu yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan. Tergolong ke dalam landasan ilmiah pendidikan antara lain: landasan psikologis pendidikan, landasan sosiologis pendidikan, landasan antropologis pendidikan, landasan historis pendidikan, dsb. Landasan ilmiah pendidikan dikenal pula sebagai landasan empiris pendidikan atau landasan faktual pendidikan.
  4. Landasan yuridis atau hukum pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari peraturan perundang-undangan yang berlaku yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.


Fungsi Landasan Pendidikan
Landasan pendidikan secara garis besar berfungsi sebagai titik tolak atau acuan konsep, prinsip, teori bagi para pendidik dalam rangka melaksanakan praktik pendidikan dan atau studi pendidikan. Landasan pendidikan tertuju kepada pengembangan wawasan kependidikan, yaitu berkenaan dengan berbagai asumsi yang bersifat umum tentang pendidikan yang harus dipilih dan diadopsi oleh tenaga kependidikan sehingga menjadi cara pandang dan bersikap dalam melaksanakan tugasnya.
Fungsi lain landasan pendidikan bagi tenaga pendidik adalah sebagai berikut:
  1. Mengetahui berbagai konsep, prinsip dan teori pendidikan yang dapat memotivasi pendidik untuk menggali pandangan-pandangan pendidikan yang bersifat teoritis.
  2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis terhadap pandangan-pandangan teori pendidikan sehingga dapat memilah-milah dan menentukan teori pendidikan yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran.
  3. Secara langsung atau tidak langsung, baik disadari atau tidak, landasan pedagogik memberikan kontribusi pada pola pikir dan pola kerja pendidik, tentang bagaimana seharusnya melaksanakan studi dan praktik pendidikan.
Daftar Pustaka

Callahan, J.F., and Clark, L. H. 1983. Foundations of Educations. New York: Mcmillan.

Kneller, G. F. 1971. Foundations of Education. USA: John Wiley & Sons Inc.

Robandi, Babang. 2005. Handout Mata Kuliah Landasan Pendidikan. Tersedia (online): http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEDAGOGIK/196108141986031-BABANG_ROBANDI/LPPOLRI.pdf [diakses pada tanggal 11 November 22015].

Sadulloh, Uyoh, dkk. 2015. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.

Selasa, 27 Oktober 2015

Kasus 2: Percuma, IQ Anda Tidak Akan Bisa Meningkat!

Tanggal terbit: 27 Oktober 2015

*Rubrik kasus pendidikan ini dikhususkan untuk merekam kejadian-kejadian menarik yang penulis alami dalam dunia pendidikan. Mungkin hanya sekedar ditulis alakadarnya, atau kadang juga dicarikan solusinya. Itu semua tergantung penulis. Kalau tidak setuju, saya tidak peduli, jangan dibaca.

Sebenarnya saya cukup kebingungan untuk mencari judul yang tepat untuk artikel saya kali ini. Saya sengaja menggunakan judul yang sedikit provokatif, tentu saja agar orang lebih tertarik dalam membaca artikel ini, sehingga pengunjung blog saya menjadi meningkat (menjadi 1 juta pengunjung misalnya).

Terlepas dari judul artikel ini yang sedikit provoktif, saya hanya ingin memberikan sedikit pencerahan dari hasil analisa saya terhadap masalah IQ (dan tentu saja hasil tambahan ilmu metodologi penelitian dan psikologi kognitif di S2). Ini sangat penting sekali untuk dibaca, karena selain berkaitan dengan jumlah pengunjung blog saya, ini juga berkaitan dengan masa depan anda, bahkan masa depan semua mahluk hidup di alam semesta. (Lebay mode: ON)

Apakah anda pernah mengalami atau mendengar masalah di bawah ini:

  1. Tes masuk TNI/Polisi berulang kali (setiap tahun) tapi gagal terus.
  2. Daftar masuk kuliah jurusan yang sama di universitas yang sama tapi gagal terus.
  3. Melamar kerja ke berbagai perusahaan tapi ditolak terus.
Satu hal yang bisa saya sarankan kepada anda "Jangan pernah berulang kali mencoba melamar kerja, ikut tes masuk universitas dengan jurusan yang sama, atau ikut tes masuk TNI/Polri, karena hasilnya kemungkinan besar akan sama". Hal ini kita asumsikan jika kualitas dan kuantitas pesaing kita dari tahun ke tahun hampir sama.

Lho kenapa begitu?

Ini ada hubungannya dengan IQ anda. IQ anda ada hubungannya dengan tes masuk universitas atau masuk kerja karena IQ berkorelasi dengan tes potensi akademik (TPA). Anda sudah tahu kan kalau sekarang semua yang namanya tes masuk kerja atau universitas menggunakan TPA. Anda harus tahu bahwa jika nilai IQ orang dewasa itu (di atas 12 tahun) pada umumnya selalu konstan. Walaupun ada perubahan tapi tidak signifikan, paling beberapa poin saja berubahnya, jadi diabaikan.

Tapi saya atau temen saya waktu tes IQ nilainya berubah signifikan, kok bisa?
  1. Saran saya, kalau anda masih SMP ya mengerjakan soal tes IQ nya juga yang SMP. Jangan sampai anda sekarang SMA tapi mengerjakan soal tes IQ yang untuk SD atau SLB, pantas saja naik kalau begitu nilai IQ nya.
  2. Ada kemungkinan besar kalau instrumen yang digunakan untuk mengukur IQ ada tidak reliable atau konsisten. Jadi soal tes IQ nya masih dalam tahap percobaan. (Secara tidak langsung, anda jadi kelinci percobaannya).
  3. Adanya kejadian luar bisa yang merubah kemampuan IQ anda. Mungkin anda ditunjuk menjadi nabi dan mendapatkan mukjizat, tapi itu tidak mungkin bukan?

Jadi saya tidak akan pernah bisa diterima bekerja, atau masuk ke jurusan favorit di universitas impian saya?

Dengan berat hati harus saya katakan iya, ada harapan diterima tapi itu kecil sekali kemungkinannya. Banyak-banyaklah berdoa agar saingan anda masuk kerja atau masuk universitas kualitas dan kuantitasnya semakin menurun di tahun selanjutnya (Tapi ini juga kecil kemungkinannya).

Saya sebagai salah satu guru yang kejam kepada siswa atau sebagai seorang teman selalu berkata "Sebaiknya pilih yang sesuai dengan kemampuan, daripada menghabiskan waktu untuk sesuatu yang sudah pasti kita akan gagal, karena tes potensi akademik atau tes IQ adalah sesuatu yang bersifat matematis, jadi pasti".

Lalu jika demikian apa yang harus saya lakukan?
  1. Ganti jurusan atau universitas. Fokus pada kelebihan anda, jangan terlalu fokus pada apa yang bukan menjadi cita-cita anda, terutama jangan terlalu fokus pada keinginan orang tua dan gengsi.
  2. Buat yang melamar kerja, cobalah untuk turunkan grade perusahaan tempat dimana anda melamar, atau pindah wilayah tempat bekerja agar saingan juga berubah, atau berwirausaha saja. Banyak jalan untuk menghasilkan uang, yang penting mau berusaha. Tidak tiduran terus di kamar, duduk di depan televisi, atau nongkrong di pinggir jalan.
  3. Jangan memaksakan takdir. Anda ditolak masuk kerja atau gagal masuk universitas jangan-jangan itu merupakan sebuah tanda dari Tuhan bahwa anda harus tidak cocok pada takdir itu dan harus memilih takdir yang lain. Cintailah jurusan dimana anda kuliah sekarang, cintailah pekerjaan anda sekarang. Jadilah orang bermanfaat melalui takdir anda.

Terakhir, "Anda iman bukan pada Tuhan? Kalau anda iman anda juga pasti percaya bahwa Tuhan selalu memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Tujuan manusia hidup adalah agar menjadi manusia yang bermanfaat, dan untungnya orang yang bermanfaat tidaklah harus pintar, tidak harus lulusan universitas ternama atau tidak harus kerja di tempat hebat! Kita bisa menjadi bintang karena sikap kita, bukan karena IQ kita."

Gambar Ilustrasi soal Tes IQ