Oleh: Rofa Yulia Azhar
Tanggal terbit: 21 Juni 2012
Sumber: Dikutip dari berbagai sumber dengan sedikit perubahan
“Sesungguhnya
hasil ilmu itu ialah mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan semesta alam,
menghubungkan diri dengan ketinggian malaikat dan berhampiran dengan malaikat
tinggi.”
(Imam Al-Ghazali)
Berbeda dengan teori
kepribadian yang dikembangkan di dunia barat dengan tokohnya Abraham H. Maslow,
Imam Al-Ghazali dengan pendekatan tasawufnya mencoba mengungkap hakikat dan
perilaku manusia melalui metode teosentris terhadap Al-Quran dan Al-Hadist.
Diantara pemikiran Al-Ghazâli adalah konsepnya tentang fitrah yang dikenal
dengan sebutan al-Nafs al-Rabbâniyyah. Konsep fitrah Al-Ghazâli
berkaitan erat dengan pembahasan tentang motivasi. Menurut Ghazali kepribadian
manusia dipengaruhi oleh tiga aspek yang disebut sebgai fitrah, yaitu:
- Nafsu (impuls primitif)
- Akal (realistik rasionalistik)
- Kalbu (spiritual)
Nafsu (impuls primitif)
Nafsu adalah elemen
jiwa (unsur ruh) yang berpotensi mendorong pada tabi’at badaniyah/biologis dan
mengajak diri pada berbagai amal baik atau buruk. Secara singkat, nafsu dapat
dikatakan sebagai insting. Adapun nafsu memiliki tingkatan-tingkatan. Syekh
Muhammad Nawawi Al-Jawi membagi nafsu dalam 7 tingkatan yang dikenal dengan
istilah “marotibun nafsi” yaitu terdiri dari :
1. Nafsu Amaroh
Nafsu amaroh tempatnya adalah “Ash-shodru” artinya
dada. Adapun pasukan-pasukannya adalah Al-Bukhlu artinya kikir atau pelit, Al-Hirsh
artinya tamak atau rakus, Al-Hasad artinya hasud, Al-Jahl artinya bodoh, Al-Kibr
artinya sombong dan Asy-Syahwat artinya keinginan duniawi.
2. Nafsu Lawwamah
Nafsu lawwamah tempatnya adalah “Al-qolbu” artinya
hati, tepatnya dua jari di bawah susu kiri. Adapun pasukan-pasukannya adalah Al-Laum
artinya mencela, Al-Hawa artinya bersenang-senang, Al-Makr artinya menipu,
Al-Ujb artinya bangga diri, Al-Ghibah artinya mengupat, Ar-Riya’ artinya pamer
amal, Az-Zulm artinya zalim, Al-Kidzb artinya dusta, dan Al-ghoflah artinya
lupa.
3. Nafsu Mulhimah
Nafsu mulhimah tempatnya adalah “Ar-ruh” tepatnya
dua jari di bawah susu kanan. Adapun pasukan-pasukannya adalah As-Sakhowah
artinya murah hati, Al-Qona’ah artinya merasa cukup, Al-Hilm artinya murah
hati, At-Tawadhu’ artinya rendah hati, At-Taubat artinya taubat atau kembali
kepada Alloh, As-Shobr artinya sabar, dan At-Tahammul artinya bertanggung jawab.
4. Nafsu Muthmainnah
Nafsu muthmainnah tempatnya adalah “As-Sirr” artinya
rahasia, tepatnya dua jari dari samping susu kiri kea rah dada. Adapun
pasukan-pasukannya adalah Al-Juud artinya dermawan, At-tawakkul artinya
berserah diri, Al-Ibadah artinya ibadah, Asy-Syukr artinya syukur atau
berterima kasih, Ar-Ridho artinya rido, dan Al-Khosyah artinya takut akan
melanggar larangan.
5. Nafsu Rodhiyah
Nafsu rhodiyah tempatnya adalah “Sirr Assirr”
artinya sangat rahasia, tepatnya di jantung yang berfungsi menggerakkan seluruh
tubuh. Adapun pasukan-pasukannya adalah Al-Karom, Az-Zuhd artinya zuhud atau
meninggalkan keduniawian, Al-Ikhlas artinya ikhlas atau tanpa pamrih, Al-Waro’ artinya
meninggalkan syubhat, Ar-Riyadhoh artinya latihan diri, dan Al-Wafa’ artinya
tepat janji.
6. Nafsu Mardhiyah
Nafsu mardhiyah tempatnya adalah “Al-khofiy” artinya
samar, tepatnya dua jari dari samping susu kanan ke tengah dada. Adapun
pasukan-pasukannya adalah Husnul Khuluq artinya baik akhlak, Tarku maa siwalloh
artinya meninggalkan selain Allah, Al-Luthfu bil kholqi artinya lembut kepada
makhluk, Hamluhum ‘ala sholah artinya mengurus makhluk pada kebaikan, Shofhu
‘an dzunubihim artinya mema’afkan kesalahan makhluk, dan Al-Mail ilaihim
liikhrojihim min dzulumati thoba’ihim wa anfusihim ila anwari arwahihim artinya
mencintai makhluk dan cenderung perhatian kepada mereka guna mengeluarkannya
dari kegelapan (keburukan) watak dan jiwa-jiwanya ke arah bercahayanya ruh-ruh
mereka.
7. Nafsu Kamilah
Nafsu kamilah tempatnya adalah “Al-Akhfa” artinya
sangat samar, tepatnya di tengah-tengah dada. Adapun pasukan-pasukannya adalah,
Ilmu Al’Yaqiin, Ainul Yaqiin, dan Haqqul
Yaqiin.
Akal (Realistik Rasionalistik)
Akal
berasal dari bahasa arab, al-‘aql. Kata al-‘aql adalah mashdar dari kata ‘aqola
– ya’qilu – ‘aqlan yang maknanya adalah “fahima wa tadabbaro“ yang artinya
“paham (tahu, mengerti) dan memikirkan (menimbang)“. Maka al-‘aql, sebagai
mashdarnya, maknanya adalah “kemampuan memahami dan memikirkan sesuatu“.
Sesuatu itu bisa ungkapan, penjelasan, fenomena, dan lain-lain, semua yang
ditangkap oleh panca indra.
Qolbu (Spiritual)
Qolbu
adalah sebuah latifah dimensi ketuhanan yang tidak mempunyai bentuk fisik.
Tidak ada yang tahu dimana letak qolbu sebenarnya, yang dapat diketahui adalah
implementasi dari qolbu yang berupa akhlak. Qolbu lebih mengarah pada jati diri
seseorang yang murni.
Jika dibandingkan, pemahaman
terhadap hakekat manusia menurut Al-Ghazâli melalui pendekatan tasawuf dan pendekatan
barat (Maslow) melalui pendekatan ilmiah tampaknya memiliki pandangan yang
sama, yaitu memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi-potensi
baik dan mampu diaktualisasikan sehingga mencapai manusia sempurna (al-insân
al-kamîl).
Tujuan pengembangan kepribadian menurut Ghazali mengarah pada pembentukan individu yang memiliki konsistensi iman, islam, ibadah dan mu’amalah untuk mendapat ridha Allah. Dalam kepribadian, menurut Ghazali, faktor keturunan sebagai salah satu penentu kepribadian. Ghazali menekankan teorinya pada konsep kepribadian Muthmainnah. Kepribadian Muthmainah yang mengantarkan manusia pada eksistensi sebenarnya sebagai hamba Allah. Faktor utama yang mempengaruhi kepribadian menurut Ghazali adalah keluarga dan interaksi sosial.. Pandangan Al-Ghazali tentang pendidikan lebih cenderung pada pendidikan moral dengan pembinaan budi pekerti dan penanaman sifat-sifat keutamaan pada anak didik.
0 komentar :
Posting Komentar
Ikutlah Berpartisipasi di www.RofaYuliaAzhar.com. Cukup dengan Memberikan Tanggapan atas Artikel Kami. Agar Kami dapat Meningkatkan Kualitas Artikel yang Kami Buat