Oleh : Rofa Yulia Azhar
Tanggal terbit : 9 September 2012
Sumber : Dikutif dari berbagai sumber dengan perubahan seperlunya.
Pernahkan anda berasumsi jika sebenarnya bumi yang kita tempati sekarang ini merupakan makhluk hidup? Jika anda seorang pengkaji jurnal ilmiah maka anda pasti tidak heran dengan pernyataan "bumi adalah makhluk hidup". Jika kita mengaduk bejana hipotesis ilmiah modern, dan memilih manakah
di antara mereka yang paling mengaburkan antara garis nyata dan ramalan,
kita akan menemukan Hipotesis Gaia (yang menyatakan bumi sebagai makhluk hidup) berada di puncak rating.
Gagasan bahwa bumi hidup sudah ada sejak dahulu, tetapi gagasan tersebut baru dikemukakan sebagai fakta ilmiah oleh ilmuwan Skotlandia, James Hutton, pada tahun 1785. Ia menyatakan bahwa bumi adalah superorganisme, dan bahwa penelitian yang tepat harus fisiologis. Hutton dikenang sebagai bapak geologi, tetapi gagasan tentang bumi yang hidup dilupakan dalam reduksionisme kuat dari abad ke-19.Hipotesis Gaia, yang awalnya diusulkan pada tahun 1960 oleh ilmuwan James Lovelock,
merupakan gagasan bahwa kehidupan di bumi berfungsi sebagai organisme
tunggal yang benar-benar mendefinisikan dan memelihara kondisi
lingkungan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup.
Lalu apakah yang dimaksud dengan Hipotesis Gaia? Dinamai menurut Dewi
Bumi bangsa Yunani kuno, teori ini menggambarkan planet kita sebagai
sebuah sistem yang hidup, bernafas dan sebagai satu kesatuan yang
memiliki aturan sendiri.
Setiap hipotesa tentu saja harus berlandaskan dari fakta-fakta yang terjadi di dunia nyata. Begitu pula dengan penganut hipotesa ini, mereka mengemukakan alasan-alasan yang cukup mengejutkan (dan kadang tak terpikirkan oleh kita) yang memperkuat hipotesisnya. Berikut ini fakta-fakta yang disampaikan oleh para penganut hipotesa Gaia.
Fakta pertama terdapat pada udara di bumi ini. Oksigen adalah unsur
praktis yang sangat dibutuhkan oleh semua organisme untuk hidup, mulai
dari bakteri, ikan hingga manusia. Gas ini selama berabad-abad mengelola
21% komposisi atmosfer bumi yang berkaitan dengan kelangsungan hidup
organisme (tumbuhan) yang secara terus menerus melepaskan gas tersebut.
Oksigen -elemen yang sangat reaktif- memiliki potensi untuk bersenyawa
dengan mineral dan gas lain dari atmosfer dan kerak bumi, mengabur
sepenuhnya dalam bentuk senyawa-nya masing-masing. Tapi sangat mengejutkan jika ternyata kadar oksigen yang hanya 21% tersebut selalu sama selama berabad-abad. Ini adalah salah satu hasil pengamatan dari ahli
kimia James Lovelock yang dipaparkan pada konferensi ilmiah yang
diselenggarakan di Princeton tahun 1969.
Lovelock mendalilkan bahwa bumi dapat bekerja dengan baik
seperti layaknya suatu organisme hidup yang maha besar, dia
mengorganisir semua bentuk materi, baik itu materi organik maupun
anorganik dengan tujuan yang pasti, yakni menciptakan suatu lingkungan
yang layak menopang kehidupan di dalamnya.
Lepas dari prestasi masa lalunya -khususnya pada saat
menciptakan instrumen sensitif untuk pesawat ruang angkasa Viking pada
eksplorasi Marsnya- ide Lovelock tentang bumi yang hidup mendulang
kritik keras dari para koleganya.
Hal lain yang diangkat Lovelock adalah tidak berubahnya konsentrasi
kadar garam air laut, yang tetap berada pada tingkat optimal bagi
eksistensi kehidupan.
Ilmu pengetahuan telah menemukan bahwa air sungai
secara konstan menyeret mineral garam untuk masuk ke laut, namun ketika
air laut menguap menjadi bentuk awan, garamnya tidak akan terbawa serta.
Jika kita dengan ketat mengikuti cara berpikir logis, kita pasti
menyimpulkan bahwa konsentrasi kadar garam di laut semestinya akan
meningkat seiring waktu. Namun hal ini tidak terjadi. Konsentrasi kadar
garam tidak berubah selama berabad-abad.
Menurut mereka yang mendukung Hipotesis Gaia, ini merujuk pada kemampuan kolosal bumi dalam memelihara keseimbangan internal – fenomena yang secara ilmiah sesuai (meskipun pada umumnya berlaku pada organisme sel) layaknya “homeostasis” (sistem keseimbangan internal pada tubuh).
Beberapa pihak percaya bahwa jawaban di balik fenomena ganjil ini mungkin ditemukan pada pembentukan tambang garam: dari waktu ke waktu air membentuk sebuah teluk dan kemudian terkurung oleh daratan. Air menguap dan hanya meninggalkan garam. Daratan inilah yang kemudian tertutup oleh tanah liat dan pasir, yang lama kelamaan mengubahnya menjadi batu karang, mencegah air sungai membawa mineral garam pergi.
Apakah mekanisme ini yang mengatur konsentrasi garam, seperti misalnya air tawar (sungai) tidak pernah tidak dapat didiami ikan dan makhluk laut lain? Menurut para pendukung teori ini, hal tersebut bukanlah keadaan yang kebetulan, namun lebih dari suatu proses yang dikendalikan oleh Gaia sendiri.
Contoh terbaru lain yang mendukung keberadaan Gaia adalah datang dari penemuan ilmuwan Universitas Hong Kong, pimpinan Jiu Liao. Selama penelitiannya di sepanjang pantai, tim peneliti ini mencatat bahwa air pasang seolah-olah membuat pesisir pantai “bernafas” seperti udara dan embun yang bersirkulasi melalui tekanan air pada dasar laut.
Kasus pernafasan yang paling jelas dapat dilihat pada gelembung udara yang muncul dari lantai pesisir. Air pasang nampaknya mempengaruhi gerakan ritmis dasar laut, menyebabkan sesuatu yang serupa dengan pernafasan tetapi dengan frekuensi yang lebih lambat, tepatnya, tentu saja, disesuaikan dengan ukuran bumi yang mahabesar.
Bukti mengenai bumi yang hidup dan bernafas tidak hanya berhenti di sana: laporan akhir oleh ilmuwan dari Observatorium Mauna LoaHawaii menunjukkan bahwa konsentrasi karbondioksida (CO2), dari tahun 1955 hingga 1995, bervariasi dalam pola ritmis—naik turun, dengan bukti yang dikumpulkan melalui beberapa stasiun geografi, dan beberapa diantaranya menginterpretasikan seperti layaknya bumi yang sedang menghirup dan menghembuskan nafas.
Hipotesis Gaia berdiri melawan dominasi teori yang berpegang pada gagasan, kondisi yang layak untuk hidup telah dikelola selama beribu-ribu tahun semata-mata hanyalah kebetulan – proses kerja independent yang terisolasi ini, menciptakan situasi yang lemah.
Keyakinan bahwa Bumi adalah sistem yang hidup merupakan gagasan yang hingga kini lebih banyak mendapatkan sikap skeptis daripada mereka yang mendukung, namun pemikiran dapat berubah seiring bukti yang bermunculan.
Menurut mereka yang mendukung Hipotesis Gaia, ini merujuk pada kemampuan kolosal bumi dalam memelihara keseimbangan internal – fenomena yang secara ilmiah sesuai (meskipun pada umumnya berlaku pada organisme sel) layaknya “homeostasis” (sistem keseimbangan internal pada tubuh).
Beberapa pihak percaya bahwa jawaban di balik fenomena ganjil ini mungkin ditemukan pada pembentukan tambang garam: dari waktu ke waktu air membentuk sebuah teluk dan kemudian terkurung oleh daratan. Air menguap dan hanya meninggalkan garam. Daratan inilah yang kemudian tertutup oleh tanah liat dan pasir, yang lama kelamaan mengubahnya menjadi batu karang, mencegah air sungai membawa mineral garam pergi.
Apakah mekanisme ini yang mengatur konsentrasi garam, seperti misalnya air tawar (sungai) tidak pernah tidak dapat didiami ikan dan makhluk laut lain? Menurut para pendukung teori ini, hal tersebut bukanlah keadaan yang kebetulan, namun lebih dari suatu proses yang dikendalikan oleh Gaia sendiri.
Contoh terbaru lain yang mendukung keberadaan Gaia adalah datang dari penemuan ilmuwan Universitas Hong Kong, pimpinan Jiu Liao. Selama penelitiannya di sepanjang pantai, tim peneliti ini mencatat bahwa air pasang seolah-olah membuat pesisir pantai “bernafas” seperti udara dan embun yang bersirkulasi melalui tekanan air pada dasar laut.
Kasus pernafasan yang paling jelas dapat dilihat pada gelembung udara yang muncul dari lantai pesisir. Air pasang nampaknya mempengaruhi gerakan ritmis dasar laut, menyebabkan sesuatu yang serupa dengan pernafasan tetapi dengan frekuensi yang lebih lambat, tepatnya, tentu saja, disesuaikan dengan ukuran bumi yang mahabesar.
Bukti mengenai bumi yang hidup dan bernafas tidak hanya berhenti di sana: laporan akhir oleh ilmuwan dari Observatorium Mauna LoaHawaii menunjukkan bahwa konsentrasi karbondioksida (CO2), dari tahun 1955 hingga 1995, bervariasi dalam pola ritmis—naik turun, dengan bukti yang dikumpulkan melalui beberapa stasiun geografi, dan beberapa diantaranya menginterpretasikan seperti layaknya bumi yang sedang menghirup dan menghembuskan nafas.
Hipotesis Gaia berdiri melawan dominasi teori yang berpegang pada gagasan, kondisi yang layak untuk hidup telah dikelola selama beribu-ribu tahun semata-mata hanyalah kebetulan – proses kerja independent yang terisolasi ini, menciptakan situasi yang lemah.
Keyakinan bahwa Bumi adalah sistem yang hidup merupakan gagasan yang hingga kini lebih banyak mendapatkan sikap skeptis daripada mereka yang mendukung, namun pemikiran dapat berubah seiring bukti yang bermunculan.
Gambar Ilustrasi Bumi yang Hidup
0 komentar :
Posting Komentar
Ikutlah Berpartisipasi di www.RofaYuliaAzhar.com. Cukup dengan Memberikan Tanggapan atas Artikel Kami. Agar Kami dapat Meningkatkan Kualitas Artikel yang Kami Buat