Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Minggu, 13 Januari 2013

Proses Pendewasaan; Antara Mistik, Teologis, Idealis dan Sains


Oleh                 : Rofa Yulia Azhar
Tanggal terbit  :13 Januari 2013

"Bertahan hidup artinya selalu siap untuk berubah; Karena perubahan adalah jalan menuju kedewasaan. Dan kedawasaan adalah sikap untuk selalu mengembangkan kualitas pribadi tanpa henti". Henri Bergson, Filsuf Prancis (1859-1941)

Saya bukanlah manusia yang jenius sejak kecil yang tercatat dalam beberapa mushaf yang sempat terabadikan lewat beberapa media, atau mungkin juga anda (tapi saya harap anda adalah jenius kecil). Tapi beberapa orang yang menggunakan sedikit pemikirannya berusaha mewujudkan pribadi jenius sejak kecil terhadap orang lain. Semoga anda pernah mendengar nama "William James Sidis", anak kecil yang dianugrahi tuhan dengan tingkat IQ mencapai kisaran 300 (Anda jangan berharap untuk bisa membayangkan ukuran tengkoraknya.Percayalah itu percuma; tidak ada hubungannya).

Sidis adalah manusia yang benar-benar ajaib. Di usia 8 bulan dia sudah bisa makan sendiri dengan menggunakan sendok. Bahkan, di usia 2 tahun dia telah menjadikan koran New York Times sebagai sahabat karib di meja makan. Lebih dari itu, di usia 8 tahun (dengan suksesnya) dia telah berhasil menulis beberapa buku (tentang anatomi dan astronomi). Semakin bertambah usia, maka semakin menjadi kejeniusannya. Di usia 11 tahun, disaat kita masih sibuk untuk membuang ingus dari hidung, Sidis berhasil diterima di Universitas Harvard.

Lalu apa yang membuat dia jenius? Saya pikir anda sebagian ada yang meyakini takdirlah yang menyebabkannya demikian. Saya rasa tidak.

Peran sang ayah Sidis yang bernama Boris Sidis (psikolog Yahudi) yang menjadikannya menjadi manusia super. Ayahnya menjadikan Sidis sebagai produk dari metode pembalajaran baru. Rupanya ini yang menyebabkan Sidis tersiksa, dia meninggal pada usia 46 tahun. Tapi bukan itu yang disesali, tapi karena Sidis meninggal dalam keadaan pengangguran, miskin dan terasing. Padahal dia seorang ilmuwan yang seharusnya berada dalam masa emasnya.

Berbeda dengan Sidis, Suku Aborgin mempunyai teknik yang sadis dalam menggambarkan ilustrasi kedewasaan. Dengan cukup indah, tolak ukur kedewasaan oleh suku Aborogin dilihat sebagai poses sunatan yang dilakukan oleh para lelakinya; tentunya tanpa menggunakan bius. Sunatan adalah hal yang biasa, yang menjadikannya luar biasa karena daging hasil sunatan harus mereka telan. Jangan harap mereka akan mendapatkan satu gelas sirup setelah melakukannya.

Wujud proses pendewasaan bukanlah suatu objek prototype model pendidikan baru seperti yang diterapkan pada Sidis -yang berlandaskan pada alasan apapun- atau proses mistis yang dilakukan oleh Suku Aborgin. Proses pendewasaan adalah suatu proses moral yang berlandaskan pada cta-cita luhur, jauh dari kesan pemaksaan dan hanya anda yang tahu metode seperti apa yang akan anda gunakan.

"Yang terpenting adalah arah dari tujuan anda, tak peduli jalan mana yang anda ambil"
Gambar Ilustrasi

0 komentar :

Posting Komentar

Ikutlah Berpartisipasi di www.RofaYuliaAzhar.com. Cukup dengan Memberikan Tanggapan atas Artikel Kami. Agar Kami dapat Meningkatkan Kualitas Artikel yang Kami Buat