Taksonomi berasal dari bahasa Yunani “tassein” yang berarti untuk
mengklasifikasi dan "nomos" yang berarti aturan. Taksonomi berarti
klasifikasi berhirarkhi dari sesuatu atau prinsip yang mendasari
klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan
kejadian-sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut
beberapa skema taksonomi.
Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin S. Bloom, yang selanjutnya dikembangkan oleh muridnya Lorin Anderson pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom.. Mengenai taksonomi Bloom sebelum revisi bisi diklik link berikut ini: http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom. Sebenarnya ada revisi satu lagi yang dilakukan oleh Peggy pada tahun 2006 (http://icanologi.blogspot.com/2011/10/pengembangan-taksonomi-bloom.html), tetapi taksonomi bloom revisi Peggy belum digunakan dan hanya versi Lorin Anderson yang sekarang diakui dan digunakan secara meluas. Salah satu alasan mengapa Anderson merevisi Taksonomi Bloom karena salah satu tahap yaitu tahap sintetis dan analisis sangat sulit sekali untuk dibedakan antara satu dengan yang lainnya.
Syah (2008: 84) juga mengungkapkan upaya pengembangan fungsi ranah kognitif
akan berdampak positif bukan hanya terhadap ranah kognitif sendiri, melainkan
juga terhadap ranah afektif dan psikomotor.
a.
Ranah kognitif
Sekurang-kurangnya ada dua macam kecakapan kognitif siswa yang amat perlu
dikembangkan segera khususnya oleh guru, yakni: 1) strategi belajar memahami
isi materi pelajaran; 2) strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran
dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi
pelajaran tersebut. Tanpa pengembangan dua macam kecakapan kognitif ini,
agaknya siswa sulit diharapkan mampu mengembangkan ranah afektif dan
psikomotornya sendiri.
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut
Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah
kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk
didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam
aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan
jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
1) Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)/
C1
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall)
atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya,
tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan
adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.
2) Pemahaman (comprehension)/ C2
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah
sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui
tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang
peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan
atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan
kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang
setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
3) Penerapan (application)/ C3
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide
umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus,
teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini
adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
4) Analisis (analysis)/ C4
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau
keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di
antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.
Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
5) Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)/ C5
Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam
taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk
membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika
seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu
pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
6) Berkreasi (Create)/
C6
Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam
taksonomi Bloom. Create tidak harus selalu bermakna menciptakan 'sesuatu yang baru', tapi create juga bisa berarti merancang, membangun, merencanakan, menyempurnakan, memproduksi, menemukan, memperkuat dan memperindah.
b.
Ranah afektif
Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan membuahkan
kecakapan kognitif, tetapi juga menghasilkan kecakapan ranah afektif. Ranah
afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya
bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri
hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah
laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
1) Receiving atau attending (menerima
atau memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan
(stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi,
gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan
keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau
rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering di beri
pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek.
Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau
nilai-nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri
kedalam nilai itu atau meng-identifikasikan diri dengan nilai itu.
Contah hasil belajar afektif jenjang receiving , misalnya: peserta didik
memperhatikan sitem koloid dalam kehidupan sehari-harinya.
2) Responding (menanggapi) mengandung
arti adanya partisipasi akti. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam
fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih
tinggi daripada jenjang receiving.
3) Valuing (menilai atau menghargai).
Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan
terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak
dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing adalah
merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan
responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini
tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan
untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu
ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah
baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian.
Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian
nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik.
4) Organization (mengatur atau
mengorganisasikan), artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk
nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau
mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem
organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai lain.,
pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya. Contoh nilai efektif
jenjang organization adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional
yang telah dicanangkan oleh bapak presiden Soeharto pada peringatan hari
kemerdekaan nasional tahun 1995.
5) Characterization by evalue or calue complex
(karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan
semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah
menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam
secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah
merupakan tingkat efektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah
benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki phyloshopphy of life yang
mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang
telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga membentu
karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat
diramalkan.
c.
Ranah psikomotor
Ranah
psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)
atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik,
misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil
belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa
hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan
kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar
afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan
berperilaku).
Kecakapan psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang konkret dan mudah
diamati, baik kualitasnya maupun kuantitasnya, karena sifatnya yang terbuka.
Namun kecakapan psikomotor tidak terlepas dari kecakapan afektif . Jadi,
kecakapan psikomotor siswa merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan
kesadaran serta sikap mentalnya. Untuk memperjelas gagasan pengembangan
kecakapan ranah kognitif di atas, berikut disajikan pola pengembangan fungsi
kognitif siswa. Contohnya kemampuan psikomotor yang dibina dalam belajar kimia
misalnya berkaitan dengan keterampilan memggunakan alat di laboratorium pada
saat praktikum, melakukan pengamatan, menyampaikan hasil temuan, dan lain-lain.
Gambar Bagan Taksonomi Bloom (klik untuk memperbesar gambar)
Daftar Pustaka
Sudjana.2005. Metode
Statistika. Bandung: Tarsito.
Syah, Muhibbin . 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
0 komentar :
Posting Komentar
Ikutlah Berpartisipasi di www.RofaYuliaAzhar.com. Cukup dengan Memberikan Tanggapan atas Artikel Kami. Agar Kami dapat Meningkatkan Kualitas Artikel yang Kami Buat