Oleh: Nita Rosita
Tanggal terbit: 17 Nopember 2012
Keterampilan proses sains (science
process skill) merupakan keterampilan yang berorientasi pada proses IPA,
dapat disebut juga sebagai keterampilan inkuiri. Keterampilan proses sains
bertujuan untuk membuat siswa lebih
aktif dalam memahami, menguasai rangkaian yang telah dilakukannya. Rangkaian
kegiatan tersebut seperti kegiatan mengamati, menggolongkan, menafsirkan,
meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan (Ango,
2002: 15)
Keterampilan
proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual,
dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual dengan melakukan
keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual
terlibat dalam penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau
perakitan alat. Keterampilan sosial dimaksudkan bahwa dengan keterampilan
proses siswa berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran (Rustaman, 2005: 78).
Menurut Keil
(2009:5) keterampilan proses sains tidak dapat dipisahkan dari praktek ilmu
pengetahuan dan merupakan kunci dalam
pembelajaran ilmu sains baik secara formal maupun informal. Keterampilan proses
sains terdiri dari keterampilan yang satu sama lain sebenarnya tidak dapat
dipisahkan, namun ada penekanan khusus dalam keterampilan-keterampilan tersebut
(Rustaman, 2005:78). Jenis-jenis
indikator keterampilan proses sains menurut Rustaman (2005: 79) adalah sebagai
berikut:
1. Mengamati (observasi)
Mengamati adalah
proses pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa dengan menggunakan
inderanya. Untuk dapat menguasai keterampilan mengamati, siswa harus
menggunakan sebanyak mungkin inderanya, yakni melihat, mendengar, merasakan,
mencium dan mencicipi. Dengan demikian dapat mengumpulkan fakta-fakta yang
relevan dan memadai. Contohnya untuk membedakan larutan asam dengan larutan
basa, siswa tidak hanya mengamati perbedaan larutan tersebut dengan penglihatan
saja, tetapi harus mencium, bahkan mencicipinya.
2. Mengelompokkan (klasifikasi)
Mengelompokkan adalah
suatu sistematika yang digunakan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan
syarat-syarat tertentu. Proses mengklasifikasikan tercakup beberapa kegiatan
seperti mencari kesamaan, mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri,
membandingkan, dan mencari dasar penggolongan. Contohnya pada kelarutan natrium
karbonat (Na2CO3) dan kalsium karbonat (CaCO3),
siswa harus mampu menemukan perbedaan kedua larutan tersebut untuk bisa
membandingkan kelarutannya.
3. Menafsirkan pengamatan (interpretasi)
Menafsirkan hasil
pengamatan ialah menarik kesimpulan tentatif dari data yang dicatatnya.
Hasil-hasil pengamatan tidak akan berguna bila tidak ditafsirkan. Karena itu,
dari mengamati langsung, lalu mencatat setiap pengamatan secara terpisah,
kemudian menghubung-hubungkan hasil-hasil pengamatan itu. Selanjutnya siswa
mencoba menemukan pola dalam suatu seri pegamatan, dan akhirnya membuat
kesimpulan. Misalnya, pada percobaan larutan jenuh dengan melarutkan natrium
karbonat (Na2CO3) sedikit demi sedikit, siswa mampu
menafsirkan pengamatannya ke dalam suatu grafik.
4. Meramalkan (Prediksi)
Meramalkan adalah
memperkirakan berdasarkan pada data hasil pengamatan yang reliabel. Apabila
siswa dapat menggunakan pola-pola hasil pengamatannya untuk mengemukakan apa
yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamatinya, maka siswa tersebut
telah mempunyai kemampuan proses meramalkan. Contohnya, apakah yang terjadi
jika kita menambahkan serbuk kalsium hidroksida [Ca(OH)2] kedalam
larutan kalsium hidroksida [Ca(OH)2] yang sudah jenuh?.
5. Mengajukan pertanyaan
Keterampilan proses
mengajukan pertanyaan dapat diperoleh siswa dengan mengajukan pertanyaan apa,
mengapa, bagaimana, pertanyaan untuk meminta penjelasan atau pertanyaan yang
berlatar belakang hipotesis. Bagaimana pembentukan batu ginjal dapat terjadi?.
6. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah suatu
dugaan yang dapat diuji mengenai bagaimana atau mengapa sesuatu terjadi. Dengan
berhipotesis siswa mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan
dari suatu kejadian, dan menyadari bahwa suatu kejelasan perlu diuji
kebenarannya dengan memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan
masalah. Misalnya, ketika diberikan pertnyaan mengapa ketika larutan HCl
ditambahkan kedalam larutan CaCO3 terbentuk gelembung? Siswa dapat
merumuskan hipotesis, karena pada reaksi penambahan tersebut dihasilkan gas
karbon dioksida (CO2).
7. Merencanakan percobaan
Keterampilan
merencanakan percobaan dapat dimiliki siswa, jika siswa tersebut dapat
menentukan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan, selanjutnya
siswa harus dapat menentukan variabel yang harus dibuat tetap, dan variabel
mana yang berubah, demikian pula siswa perlu untuk menentukan apa yang akan
diamati, diukur, atau ditulis, menentukan cara dan langkah-langkah kerja. Siswa
dapat pula menentukan bagaimana mengolah hasil-hasil pengamatan, misalnya siswa
diminta untuk menentukan fungsi dari alat-alat yang digunakan serta prosedur
kerja dalam percobaan berdasarkan gambar mengenai proses pengaruh penambahan
ion senama terhadap kelarutan.
8. Menerapkan konsep
Konsep dikuasai siswa
apabila siswa dapat menggunakan konsep yang telah dipelajarinya dalam situasi
baru atau menerapkan konsep itu pada pengalaman-pengalaman baru untuk
menjelaskan apa yang sedang terjadi. Contohnya, siswa diberikan pertanyaan
tentukan kelarutan kalsium (CaCO3),
jika diketahui harga Ksp-nya
adalah 2,8 x 10-9.
9. Berkomunikasi
Keterampilan ini
meliputi keterampilan membaca grafik, tabel, atau diagram dari hasil percobaan.
Menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram juga termasuk
berkomunikasi. Keterampilan berkomunikasi adalah keterampilan menyampaikan
gagasan atau hasil penemuannya kepada orang lain. Misalnya, dalam melakukan
percobaan siswa mengkomunikasikan hasil pengamatannya ke dalam tabel pengamatan
melalui diskusi bersama anggota kelompoknya.
10. Menggunakan alat/bahan
Keterampilan
menggunakan alat dan bahan dapat dimiliki siswa jika dengan sendirinya siswa
dapat menggunakan secara langsung alat dan bahan agar dapat memperoleh
pengalaman langsung. Selain itu, siswa harus mengetahui mengapa dan bagaimana
cara menggunakan alat dan bahan tersebut, misalnya ketika akan memasukan
suatu larutan kedalam botol, siswa dapat
menentukan alat apa yang dapat digunakan serta cara menggunakannya.
Keterampilan proses sains yang harus dimiliki siswa, seiring dengan
penguasaan keterampilan proses sains tersebut diharapkan siswa pun akan memiliki sikap sains yang
dapat dikembangkan dalam kehidupan
mereka. Menurut Yunita (2009:2), beberapa sikap yang sangat penting dalam
pembelajaran sains adalah keingintahuan, ketekunan, hal positif terhadap
kegagalan, terbuka, bekerja sama dengan orang lain, toleransi, tidak memihak, skeptis yang sehat, kejujuran dan tidak
percaya takhayul.
Menurut
Rustaman (2005: 76), keterampilan proses perlu dikembangkan melalui
pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman pembelajaran. Melalui
pengalaman langsung seseorang dapat lebih menghayati proses atau kegiatan yang
sedang dilakukan. Salah satu pembelajaran yang melibatkan pengalaman langsung
adalah pembelajaran inkuiri.
Gambar Ilustrasi
Daftar Pustaka
Ango, Mary L. (2002). “Mastery of Science Process Skills and Their
Effectve Use in the Teaching of Science: An Educology of Science Education in
the Nigerian Context” . International Journal of Educolog. 16, (1), 11-30.
Rustaman, N.Y. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi.
Malang: Universitas Negri Malang.
0 komentar :
Posting Komentar
Ikutlah Berpartisipasi di www.RofaYuliaAzhar.com. Cukup dengan Memberikan Tanggapan atas Artikel Kami. Agar Kami dapat Meningkatkan Kualitas Artikel yang Kami Buat