Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Minggu, 01 Juli 2012

Model Pembelajaran 7E



       Learning cycle (daur belajar) merupakan model pembelajaran sains yang berbasis konstuktivistik. Model ini dikembangkan oleh J. Myron Atkin, Robert Karplus dan Kelompok SCIS (Science Curriculum Improvement Study), di Universitas California, Berkeley, Amerika Serikat sejak tahun 1970-an (Trowbridge & Bybee, 1996). Hasil-hasil penelitian tentang penerapan learning cycle menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa tentang sains menjadi lebih baik, konsep diingat lebih lama, meningkatnya sikap positif terhadap sains dan pembelajaran sains, meningkatnya kemampuan bernalar dan keterampilan proses menjadi lebih baik bila dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran tradisional. Nampaknya siswa dapat menerapkan apa yang telah dipelajarinya bila mereka diberi kesempatan dan waktu untuk mengeksplorasi peristiwa/fenomena alam secara langsung (hands-on). Namun, siswa harus diberi kesempatan juga untuk berinteraksi dengan guru (yang lebih ahli dan berpengalaman daripada siswa) yang dapat menyediakan pembelajaran yang relevan serta umpan balik terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa (Yenilmez & Ersoys, 2008:1).
Pada awalnya learning cycle dikembangkan kedalam 3 fase pembelajaran, yaitu fase Exploration, fase Invention, dan fase Discovery, yang kemudian istilahnya diganti menjadi ExplorationConcept Introduction dan Concept Application ( E-I-A). Walaupun istilah yang digunakan untuk ketiga fase ini berbeda, akan tetapi tujuan dan pedagoginya masih tetap sama. Model ini kemudian dikembangkan dan dirinci lagi menjadi lima fase, yang dikenal dengan sebutan 5E(EngagementExplorationExplanationElaboration/Extention,Evaluation). Setiap fase dalam model ini memiliki fungsi khusus yang dimaksudkan untuk menyumbang proses belajar dikaitkan dengan asumsi tentang aktifitas mental dan fisik siswa serta strategi yang digunakan guru. Dewasa ini model learning cycle dikembangkan lagi menjadi tujuh fase yang dikenal dengan nama 7-E (Elicite, Engage, Explore, Explain, Elaborate, Evaluate, Extend).
Dewasa ini perkembangan siklus belajar model 5-E menjadi model 7-E yang menekankan transfer pembelajaran dari pengetahuan awal.  Kadang-kadang model pembelajaran harus dapat diubah untuk mempertahankan nilai setelah informasi baru, wawasan baru dan pengetahuan yang baru disusun. Menurut Bybee pada tahun 1997 (dalam Arthur Eisenkraft, 2003) dengan kesuksesan siklus belajar model 5-E dan instruksional yang meneliti tentang bagaimana orang belajar dari penelitian mendengar dan mengembangkan kurikulum yang menuntut bahwa model 5-E dapat dipeluas lagi menjadi model 7-E.
Dari siklus belajar model 5-E ini dimana fase engage berkembang menjadi dua yaitu elicit dan engage. Demikian juga halnya pada fase elaborate dan evaluate berkembang menjadi tiga yaitu elaborate, evaluate, dan extend. Perubahan ini tidak untuk mempersulit tetapi untuk memastikan bahwa guru tidak mengabaikan fase penting dalam  pembelajaran. Sehingga pada model pembelajran 7-E  ini didapatkan elicit, engage, explore, explain, elaborate, evaluate, dan extend. Ketujuh tahapan dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar Tahapan Model Pembelajaran 7-E
(Bentley, Ebert, dan Ebert, 2007)

 Tabel Perbandingan Model Pembelajaran 5-E dan 7-E

Perbandingan 5-E dan 7-E dari Siklus Belajar
Siklus Belajar 5-E
Siklus Belajar 7-E
Elicit
Engage
Engage
Explore
Explore
Explain
Explain
Elaborate
Elaborate
Evaluate
Evaluate
Extend
Yenilmez dan Ersoy. (2008). “Opinions of Mathematics Teacher Candidates Toward Applying 7E Instructinal Model on Computer Aided Instruction Invironments”. International Journal of Instruction. 1 (1), 50-60.

Adapun tahapan-tahapan dalam model pembelajaran 7-E, yakni:
a.       Fase 1: Elicit (memperoleh)
Pada tahap ini tujuan utama adalah untuk muncul pengalaman masa lalu tentang belajar dan menciptakan latar belakang yang kuat untuk tahapan lain. Dimulai dengan hanya melibatkan isu-isu baru dengan yang sudah lama dan terkenal dapat dianggap kurang dalam mendukung pemikiran kemampuan. Untuk itu, kita harus menghidupkan kembali informasi lama dan pengalaman belajar (Yenilmaz & Ersoy, 2008:2).
Menentukan pengetahuan sebelumnya, dapat dimulai dengan pertanyaan yang sederhana: "Apa yang kamu ketahui tentang ..? ". Fase ini bertujuan untuk mempersiapkan diri pembelajar agar terkondisi dalam menempuh fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya (Bentley, Ebert, dan Ebert, 2007: 117).

b.      Fase 2: Engage (melibatkan)
Membangkitkan minat siswa dengan menggunakan cara bercerita, memberikan demonstrasi, atau dengan menunjukkan suatu objek, gambar, atau video singkat. Tujuan dari fase ini adalah untuk memotivasi dan menangkap minat siswa. Pertama, dengan menarik perhatian untuk memulai pelajaran, siswa terlibat untuk berpikir tentang topik dan mengajukan pertanyaan, mendefinisikan masalah dalam kasus-kasus yang merugikan (Yenilmaz dan Ersoy: 2008: 2).

c.       Fase 3: Explore (menjelajahi)
Suatu fase (kegiatan) dimana pembelajar diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum, menganalisis artikel, mendiskusikan fenomena alam, mengamati fenomena alam atau perilaku sosial, dan lain-lain. Mintalah siswa membuat prediksi, mengembangkan hipotesis, desain eksperimen, mengumpulkan data, menarik kesimpulan, dan sebagainya.
Fase explore (menjelajahi) pada siklus belajar memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengobservasi, mengisolasi variabel, merencanakan penyelidikan menginterpretasikan hasil dan mengembangkan hipotesa dan mengorganisir kesimpulan (Yenilmaz dan Ersoy: 2008: 2). Peran Guru adalah untuk memberikan dukungan. Guru dapat mengarahkan dan memberikan pengaruh umpan balik dan menilai pemahaman yang mereka temukan benar, separuh benar atau salah.

d.      Fase 4: Explain (menjelaskan)
Merupakan fase pengenalan konsep. Pada tahap ini pembelajar mengenal istilah-istilah yang berkaitan dengan konsep-konsep baru yang sedang dipelajari. Siswa melaporkan temuan dan penemuan-penemuan di kelas. Siswa diperkenalkan dengan model, hukum, dan teori  selama menjelaskan fase siklus belajar. Siswa merangkum hasil dalam hal ini baru teori dan model (Arthur Eisenkraft, 2003). Guru memungkinkan peluang memverbalisasi dan menjelaskan konsep, memperkenalkan konsep-konsep dan istilah dan merangkum hasil dari fase eksplorasi. Penjelasan guru, teks, dan media digunakan untuk memandu pembelajaran.

e.       Fase 5: Elaborate (teliti)
Siswa berpikir lebih mendalam tentang hal yang mereka pelajari dan menerapkan pada kasus yang berbeda. Mereka menguji gagasan dengan rincian dan mengeksplorasi bahkan menambahkan koneksi. Memberikan simpati untuk pelajaran adalah perilaku penting bagi seorang guru di fase ini (Yenilmaz dan Ersoy: 2008: 3). Pada fase ini pembelajar diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui kegiatan-kegiatan seperti problem solving.

f.       Fase 6: Evaluate (evaluasi)
Pada tahap ini digunakan penilaian formatif dari tahap elicit dan menilai: misalnya, desain penyelidikan, interpretasi data, atau tindak lanjut pada pertanyaan, mencari pertumbuhan siswa. Pertumbuhan adalah perubahan yang diinginkan pada siswa pemahaman tentang konsep-konsep kunci, prinsip, dan keterampilan dalam ruang kelas yang berbeda. Harapan bervariasi menurut titik awal siswa. Sumatif penilaian dapat digunakan di sini untuk mengukur prestasi dan menetapkan kelas (Bentley, Ebert, dan Ebert, 2007: 117).

g.      Fase 7: Extend (memperpanjang)

            Pada tahap extend, siswa mengembangkan hasil elaborate dan menyampaikannya kembali untuk melatih siswa bagaimana mentransfer pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Siswa berusaha meningkatkan pengetahuan baru secara tersusun yang lebih mendalam sehingga pemahaman siswa lebih luas dan kesulitan dalam konsep yang dipelajari mereka dapat dipahami. Pemikiran siswa dapat menghubungkan konsep ke konteks yang berbeda, transfer belajar baru.


Daftar Pustaka
Arthur Eisenkraft. 2003. Expanding the 5E Model. The Science Teacher. Sept.:56-59. Reprented with permission from The Science Teacher (70(6): 56-59), a journal for high school science educators published by the National Science Techers Association (www.nsta.org). 

Hanuscin Deborah L dan LEE Michele H. 2007. Using A Learning Cycyle Approach To Teaching the Learning Cycle to Preservice Elementary Teacher.University of Misiori Columbia.

Hopkins. 1993. Teacher Guide Classroom Reasearch, My Doom Maiden Hood Open University Press. Tersedia: http://www.Teacher Research.net/R.Book Review 4 htm.

Selahattin Gonen, et al. (2006). “The Effect of The Computer Assisted Teaching And 7E Model of The Constructivist Learning Methods on The Achievements And Attitudes of High School Students”. The Tourkish Journal of Educational Technology. 5 (11), 82-88.










2 komentar :

Ikutlah Berpartisipasi di www.RofaYuliaAzhar.com. Cukup dengan Memberikan Tanggapan atas Artikel Kami. Agar Kami dapat Meningkatkan Kualitas Artikel yang Kami Buat