Learning cycle (daur belajar) merupakan model
pembelajaran sains yang berbasis konstuktivistik. Model ini dikembangkan oleh
J. Myron Atkin, Robert Karplus dan Kelompok SCIS (Science Curriculum
Improvement Study), di Universitas California, Berkeley, Amerika Serikat sejak
tahun 1970-an (Trowbridge & Bybee, 1996). Hasil-hasil penelitian tentang
penerapan learning cycle menunjukkan
bahwa prestasi belajar siswa tentang sains menjadi lebih baik, konsep diingat
lebih lama, meningkatnya sikap positif terhadap sains dan pembelajaran sains,
meningkatnya kemampuan bernalar dan keterampilan proses menjadi lebih baik bila
dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran tradisional. Nampaknya siswa dapat
menerapkan apa yang telah dipelajarinya bila mereka diberi kesempatan dan waktu
untuk mengeksplorasi peristiwa/fenomena alam secara langsung (hands-on). Namun, siswa harus diberi
kesempatan juga untuk berinteraksi dengan guru (yang lebih ahli dan
berpengalaman daripada siswa) yang dapat menyediakan pembelajaran yang relevan
serta umpan balik terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa (Yenilmez & Ersoys,
2008:1).
Pada awalnya learning cycle dikembangkan kedalam 3 fase pembelajaran, yaitu
fase Exploration, fase Invention, dan fase Discovery,
yang kemudian istilahnya diganti menjadi Exploration, Concept
Introduction dan Concept Application ( E-I-A).
Walaupun istilah yang digunakan untuk ketiga fase ini berbeda, akan tetapi
tujuan dan pedagoginya masih tetap sama. Model ini kemudian dikembangkan dan
dirinci lagi menjadi lima fase, yang dikenal dengan sebutan 5E(Engagement, Exploration, Explanation, Elaboration/Extention,Evaluation).
Setiap fase dalam model ini memiliki fungsi khusus yang dimaksudkan untuk
menyumbang proses belajar dikaitkan dengan asumsi tentang aktifitas mental dan
fisik siswa serta strategi yang digunakan guru. Dewasa ini model learning cycle
dikembangkan lagi menjadi tujuh fase yang dikenal dengan nama 7-E (Elicite, Engage, Explore, Explain, Elaborate, Evaluate,
Extend).
Dewasa ini perkembangan siklus belajar model
5-E menjadi model 7-E
yang menekankan transfer pembelajaran dari pengetahuan awal.
Kadang-kadang model pembelajaran harus dapat diubah untuk mempertahankan nilai
setelah informasi baru, wawasan baru dan pengetahuan yang baru disusun. Menurut
Bybee pada tahun 1997 (dalam Arthur Eisenkraft,
2003) dengan kesuksesan siklus belajar model 5-E dan instruksional yang meneliti tentang bagaimana orang belajar
dari penelitian mendengar dan mengembangkan kurikulum yang menuntut bahwa model
5-E dapat dipeluas lagi menjadi model
7-E.
Dari siklus belajar model 5-E ini dimana fase engage berkembang menjadi dua yaitu elicit dan engage.
Demikian juga halnya pada fase elaborate
dan evaluate berkembang menjadi tiga
yaitu elaborate, evaluate, dan extend. Perubahan
ini tidak untuk mempersulit tetapi untuk memastikan bahwa guru tidak
mengabaikan fase penting dalam pembelajaran. Sehingga pada model
pembelajran 7-E ini didapatkan elicit, engage, explore, explain, elaborate, evaluate, dan extend. Ketujuh tahapan dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar Tahapan Model Pembelajaran 7-E
(Bentley, Ebert, dan Ebert, 2007)
Tabel Perbandingan Model Pembelajaran 5-E
dan 7-E
Perbandingan 5-E dan 7-E dari Siklus Belajar
|
|
Siklus Belajar 5-E
|
Siklus Belajar 7-E
|
Elicit
|
|
Engage
|
Engage
|
Explore
|
Explore
|
Explain
|
Explain
|
Elaborate
|
Elaborate
|
Evaluate
|
Evaluate
|
Extend
|
Adapun tahapan-tahapan dalam model
pembelajaran 7-E, yakni:
a.
Fase 1: Elicit (memperoleh)
Pada tahap ini tujuan utama adalah untuk
muncul pengalaman masa lalu tentang belajar dan menciptakan latar belakang yang
kuat untuk tahapan lain. Dimulai dengan hanya melibatkan isu-isu baru dengan
yang sudah lama dan terkenal dapat dianggap kurang dalam mendukung pemikiran
kemampuan. Untuk itu, kita harus menghidupkan kembali informasi lama dan
pengalaman belajar (Yenilmaz & Ersoy, 2008:2).
Menentukan pengetahuan sebelumnya, dapat
dimulai dengan pertanyaan yang sederhana: "Apa yang kamu ketahui tentang
..? ". Fase ini bertujuan untuk mempersiapkan diri pembelajar agar terkondisi dalam menempuh
fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka
serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran
sebelumnya (Bentley, Ebert, dan Ebert, 2007: 117).
b.
Fase 2: Engage (melibatkan)
Membangkitkan minat siswa dengan menggunakan
cara bercerita, memberikan demonstrasi, atau dengan menunjukkan suatu objek,
gambar, atau video singkat. Tujuan dari fase ini adalah untuk memotivasi dan
menangkap minat siswa. Pertama, dengan menarik perhatian untuk memulai
pelajaran, siswa terlibat untuk berpikir tentang topik dan mengajukan
pertanyaan, mendefinisikan masalah dalam kasus-kasus yang merugikan (Yenilmaz
dan Ersoy: 2008: 2).
c.
Fase 3: Explore (menjelajahi)
Suatu
fase (kegiatan) dimana pembelajar diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca
inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui
kegiatan-kegiatan seperti praktikum, menganalisis artikel, mendiskusikan
fenomena alam, mengamati fenomena alam atau perilaku sosial, dan lain-lain. Mintalah
siswa membuat prediksi, mengembangkan hipotesis, desain eksperimen,
mengumpulkan data, menarik kesimpulan, dan sebagainya.
Fase explore (menjelajahi) pada siklus belajar
memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengobservasi, mengisolasi variabel,
merencanakan penyelidikan menginterpretasikan hasil dan mengembangkan hipotesa
dan mengorganisir kesimpulan (Yenilmaz dan Ersoy:
2008: 2). Peran
Guru adalah untuk memberikan dukungan. Guru dapat mengarahkan dan memberikan pengaruh
umpan balik dan menilai pemahaman yang mereka temukan benar, separuh benar atau
salah.
d.
Fase 4: Explain (menjelaskan)
Merupakan
fase pengenalan konsep. Pada
tahap ini pembelajar mengenal istilah-istilah yang berkaitan dengan
konsep-konsep baru yang sedang dipelajari. Siswa
melaporkan temuan dan penemuan-penemuan di kelas. Siswa diperkenalkan dengan model,
hukum, dan teori selama menjelaskan fase siklus belajar.
Siswa merangkum hasil dalam hal ini baru teori dan model (Arthur Eisenkraft, 2003). Guru
memungkinkan peluang memverbalisasi dan menjelaskan konsep, memperkenalkan konsep-konsep
dan istilah dan merangkum hasil dari fase eksplorasi. Penjelasan guru, teks,
dan media digunakan untuk memandu pembelajaran.
e.
Fase 5: Elaborate (teliti)
Siswa berpikir lebih mendalam tentang hal
yang mereka pelajari dan menerapkan pada kasus yang berbeda. Mereka menguji
gagasan dengan rincian dan mengeksplorasi bahkan menambahkan koneksi.
Memberikan simpati untuk pelajaran adalah perilaku penting bagi seorang guru di
fase ini (Yenilmaz dan Ersoy: 2008: 3). Pada fase ini pembelajar diajak menerapkan
pemahaman konsepnya melalui kegiatan-kegiatan seperti problem solving.
f.
Fase 6: Evaluate (evaluasi)
Pada tahap ini digunakan penilaian formatif
dari tahap elicit dan menilai:
misalnya, desain penyelidikan, interpretasi data, atau tindak lanjut pada
pertanyaan, mencari pertumbuhan siswa. Pertumbuhan adalah perubahan yang
diinginkan pada siswa pemahaman tentang konsep-konsep kunci, prinsip, dan
keterampilan dalam ruang kelas yang berbeda. Harapan bervariasi menurut titik
awal siswa. Sumatif penilaian dapat digunakan di sini untuk mengukur prestasi
dan menetapkan kelas (Bentley, Ebert, dan
Ebert, 2007: 117).
g.
Fase 7: Extend (memperpanjang)
Pada tahap extend,
siswa mengembangkan hasil elaborate
dan menyampaikannya kembali untuk melatih siswa bagaimana mentransfer pelajaran
dalam kehidupan sehari-hari. Siswa berusaha meningkatkan pengetahuan baru
secara tersusun yang lebih mendalam sehingga pemahaman siswa lebih luas dan kesulitan
dalam konsep yang dipelajari mereka dapat dipahami. Pemikiran siswa dapat
menghubungkan konsep ke konteks yang berbeda, transfer belajar baru.
Daftar Pustaka
Arthur
Eisenkraft. 2003. Expanding the 5E Model. The Science Teacher.
Sept.:56-59. Reprented with permission from The Science Teacher (70(6): 56-59),
a journal for high school science educators published by the National Science
Techers Association (www.nsta.org).
Hanuscin Deborah L dan LEE Michele H. 2007. Using A Learning Cycyle
Approach To Teaching the Learning Cycle to Preservice Elementary Teacher.University
of Misiori Columbia.
Hopkins. 1993. Teacher
Guide Classroom Reasearch, My Doom Maiden Hood Open University Press. Tersedia:
http://www.Teacher Research.net/R.Book Review 4 htm.
Selahattin Gonen, et al. (2006). “The Effect of The Computer Assisted
Teaching And 7E Model of The Constructivist Learning Methods on The
Achievements And Attitudes of High School Students”. The Tourkish Journal
of Educational Technology. 5 (11), 82-88.
Iya sama-sama..
BalasHapus^_^
Terimakasih, sangat membantu..
BalasHapus