Oleh: Rofa Yulia Azhar
Tanggal terbit: 29 Januari 2015
Cerita berikut berkisar sekitar
salah satu pertanyaan dalam ujian fisika di Universitas Copenhagen: “Jelaskan
bagaimana menetapkan tinggi suatu bangunan pencakar langit dengan menggunakan
sebuah barometer.”
Salah seorang mahasiswa menjawab:
“Ikatlah suatu tali panjang pada leher barometer, lalu turunkan barometer dari
atap pencakar langit sampai menyentuh tanah. Panjang tali ditambah panjang
barometer akan sama dengan tinggi pencakar langit.”
Jawaban yang luar biasa orisinilnya ini
membuat pemeriksa ujiannya begitu geram sehingga akibatnya sang mahasiswa
langsung tidak diluluskan. Si mahasiswa naik banding atas dasar bahwa
jawabannya tidak bisa disangka kebenarannya, sehingga universitas menunjuk
seorang arbiter yang independen untuk memutuskan kasusnya.
Arbiter menyatakan bahwa jawabannya
memang betul-betul benar, hanya saja tidak memperlihatkan secuil pun pengetahuan
mengenai ilmu fisika. Untuk mengatasi permasalahannya, disepakati bahwa sang
mahasiswa akan dipanggil, serta akan diberikan waktu enam menit untuk
memberikan jawaban verbal yang menunjukkan paling tidak sedikit latar belakang
pengetahuannya mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu fisika.
Selama lima menit, si mahasiswa duduk
terdiam, sampai dahinya terlihat berkerut. Arbiter mengingatkan bahwa waktu
sudah sangat terbatas, yang mana sang mahasiswa menjawab bahwa ia sudah
memiliki berbagai jawaban yang sangat relevan, tetapi tidak bisa memutuskan
yang mana yang akan dipakai. Saat diingatkan hakim untuk buru-buru, sang
mahasiswa menjawab sebagai berikut:
“Pertama-tama, ambillah barometer dan
bawalah sampai ke atap pencakar langit. Lemparkan melewati pinggir atap, dan
ukurlah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tanah. Ketinggian bangunan bisa
dihitung dari rumus H = 0.5g x t pangkat 2. Tetapi ya sayang barometernya.”
“Atau, bila matahari sedang bersinar,
anda bisa mengukur tinggi barometer, tegakkan diatas tanah, dan ukurlah panjang
bayangannya. Setelah itu, ukurlah panjang bayangan pencakar langit, sehingga
hanya perlu perhitungan aritmatika proporsional secara sederhana untuk
menetapkan ketinggian pencakar langitnya.”
“Tapi kalau anda betul-betul ingin jawaban
ilmiah, anda bisa mengikat seutas tali pendek pada barometer dan
menggoyangkannya seolah pendulum, pertama di permukaan tanah kemudian saat
di atas pencakar langit. Ketinggian pencakar langit bisa dihitung atas dasar
perbedaan kekuatan gravitasi T = 2 pi akar dari (l/g).”
“Atau kalau pencakar langitnya memiliki
tangga darurat yang eksternal, akan mudah sekali untuk menaiki tangga, lalu
menggunakan panjangnya barometer sebagai satuan ukuran pada dinding bangunan,
sehingga tinggi pencakar langit = penjumlahan seluruh satuan barometernya pada
dinding pencakar langit.”
“Bila anda hanya ingin membosankan dan
bersikap ortodoks, tentunya anda akan menggunakan barometer untuk mengukur
tekanan udara pada atap pencakar langit dan di permukaan tanah, lalu
mengkonversikan perbedaannya dari milibar ke satuan panjang untuk memperoleh
ketinggian bangunan.”
“Tetapi karena kita senantiasa ditekankan
agar menggunakan kebebasan berpikir dan menerapkan metoda-metoda ilmiah,
tentunya cara paling tepat adalah mengetuk pintu pengelola gedung dan
mengatakan: ‘Bila anda menginginkan barometer baru yang cantik, saya akan
memberikannya pada anda jika anda memberitahukan ketinggian pencakar langit
ini.”
0 komentar :
Posting Komentar
Ikutlah Berpartisipasi di www.RofaYuliaAzhar.com. Cukup dengan Memberikan Tanggapan atas Artikel Kami. Agar Kami dapat Meningkatkan Kualitas Artikel yang Kami Buat